halo, aku namanya Kai

Ceritanya kan gue daftarin Kai ikut pelajaran bahasa Indonesia di Helsinki. Kelasnya diadakan tiap hari Jumat jam 3 sore tapi kan rumahku jauh nian di ujung berung, guenya pun tiap Jumat ada sekolah sampai sore, jadinya Kai bolos tanpa akhir di kelas bahasa Indonesia tersebut.

Di sebuah acara KBRI minggu lalu, gue ketemu sama bu guru Bahasa Indonesia-nya. Oleh beliau gue dikasih beberapa lembar kertas materi buat bahan pelajaran Kai. Katanya sih lembarannya itu ditujukan buat anak kelas 1 SD di Indonesia, yang bisa jadi terlalu sulit buat standar anak kelas 1 SD di sini. Ya, maklum deh, anak sini membaca saja belum tentu bisa di usia segitu. Kalau terlalu susah nanti dicarikan tugas yang lebih mudah, janji Bu Guru.

Di rumah, Kai cukup semangat mengerjakan lembaran tugasnya. Bu guru mengingatkan untuk memperhatikan kata-kata dengan huruf J (karena dalam bahasa Finlandia huruf J dilafalkan sebagai huruf Y), huruf Y (di sini dilafalkan sebagai huruf UE), huruf gandeng NG dan NY yang memang tidak ada di bahasa Finlandia.

Bener kata Bu Guru, huruf-huruf tersebut memang lumayan sulit dibaca oleh Kai. Apalagi buat ditulis. Dan secara umum, kemampuan membaca Kai dalam bahasa Indonesia memang masih kurang terutama karena kurangnya kosa kata Kai. Ngomong sama gue sih lumayan lancar tapi  kan gue cenderung pakai kata yang sederhana kalo ngomong sama Kai.

Kalo gue ngomong “itu namanya…”, di buku adanya “itu bernama…”. Gue ngomong “punya”, di buku ditulis “memiliki”. Gue ngomong “mau”, di buku pakai kata “ingin”.  Gue ngomong “aku”, di buku malah pakai “saya”. Cukup bikin Kai bingung tapi gak melunturkan semangat doski buat mengerjakan lembaran LKSnya. Atuw tan jadi syenang.

Salah satu tugas di LKS kemarin itu adalah memperkenalkan diri. Gue cerita sama Kai kalau di Indonesia gak jarang murid diminta berdiri di depan kelas untuk memperkenalkan dirinya

Langsung aja Kai loncat dan berdiri dan kemudian berceloteh “Halo, aku namanya Kai. Aku orang Finlandia, tinggal di Kerava…..”

Ada banyak kata baru yang dia pelajari dalam sesi perkenalan itu seperti hobi dan cita-cita.  Tapi sesi belajar memperkenalkan dirinya termasuk lancar, saking lancarnya sampe gue suruh ulang lagi keesokan harinya biar bisa dibikin video. Biar nanti kita kirim buat Oma, begitu kata gue. Mau bikin si Oma seneng.

Seperti biasa, kalo pake direncanakan penampilan anaknya malah tersendat-sendat. Yang mogok ekting lah, yang males-malesan lah, yang salah-salah lah. Lha piye toh? Aku kan jadi gagal pamer.

Tapi hari ini gue tonton lagi videonya, lumayan menghibur dan malah bikin gue dan Kai ketawa.

Besok-besok jangan mogok lagi dong, bocah. Tolong dukung hasrat pamer ibunya.