Minna Canthin tasa-arvon päivä – hari kesetaraan gender Finlandia

Tanggal 19 Maret kemarin rupanya diperingati sebagai tasa-arvon päivä alias hari kesetaraan gender di Finlandia. Ini gue juga baru tau karena tadi dibahas di kursus bahasa. Anak rajin emang rejekinya ngalir ya, hampir aja tadi gue berniat bolos kalau bukan karena pelototan serem dari suami. Tapi sungguh gak rugi tadi gue masuk kelas karena tema diskusi hari ini adalah tentang kesetaraan. Sebuah topik yang sungguh dekat sekali di hatiku, uwooo….uwoooow…

Minna Canth (1844-1897) adalah seorang penulis perempuan yang karyanya sering dianggap terlalu kontroversial pada jamannya. Minna memang seorang pejuang hak-hak wanita dan dia senang menulis tentang hal-hal yang waktu itu dianggap tabu untuk dibicarakan. Misalnya, tentang kekerasan rumah tangga terhadap wanita. Salah satu karyanya, yang berbentuk drama, berkisah tentang seorang wanita kaya yang menikah dengan pemabuk. Karena menurut hukum pada waktu itu harta kekayaan wanita akan jadi milik suami ketika menikah, si istri kemudian jatuh miskin setelah uangnya dipakai mabuk-mabukan oleh sang suami.

Setelah drama tersebut populer di masyarakat, pemerintah Finlandia mengeluarkan peraturan baru yang mengizinkan pemisahan harta antara istri dan suami. Bisa dibilang Minna Canth ini mirip-mirip dengan Kartini kita, sama-sama berjuang lewat tulisan.

Now, let me tell you a little secret: gue ini sebenarnya a self-proclaimed feminist. Gue bilang ini rahasia kecil karena..errr…aku takut kakaq kalau diajak berdebat soal ini oleh kaum-kaum antifeminisme. Waktu lagi di Indonesia pernah gue menantang ide teman-teman yang beranggapan semua cewek ya pasti mendambakan bisa di rumah, jadi ibu rumah tangga, karena itu kan udah kodratnya perempuan. Ampun deh, hati ini langsung mendidih dengernya…tapi, begitu gue menunjukkan ketidak setujuan gue, eh, malah temen-temen yang ngomongnya jadi berapi-api. Lo feminis ya? Apaan sih feminisme? Gunanya apa sih?

Atuuuuuuuttttt.

Makanya cukup gue bilang kalo gue ini cuma self-proclaimed feminist, cuma ngaku-ngaku doang tapi secara eksyen emang nol besar dan secara pengetahuan pun masih jongkok.

Kebangkitan gue sebagai seorang feminist (ceile) dimulai ketika jadi pengantin baru. Sebagaimana yang banyak gue dengar dari cerita-cerita orang, di masa-masa newly wed keinginan menjadi istri sempurna memang membara di hati ini. Kalo menurut pakem di masyarakat istri sempurna kan yang pinter masak,  menjaga rumah selalu kinclong, rajin mencuci dan menyetrika hingga baju suami licin tanpa kerut, tak lupa penampilan selalu paripurna dari melek sampai naik peraduan. Jadilah saat itu gue menawarkan diri buat selalu masak, nyuci, dan beres-beres.

Tiga minggu jadi ibu rumah tangga, gue melihat wastafel kotor oleh bekas-bekas pasta gigi dan cukuran Mikko… dan gue pun menangis tersedu-sedu. ALLAHUAKBAAAAAAR….AKU BENCI MASAK, NYUCI DAN BERES-BERES. Apalagi kalo udah capek ngebabu terus pak suami seenaknya bikin rumah kotor lagi. Kejadian deh hari itu gue nangis sambil banting-banting barang di kamar mandi. Kzl banget mbaknya.

Berikutnya pastilah…jadi berantem sama Mikko. Berantem besar pertama kita sebagai suami istri. Sebenarnya ini bisa dihindari kalo gue ngomong baik-baik sama Mikko. Tapi gimana dong, cyiiin…waktu itu akika udah gondok banget hatinya, udah mau muntah jadi IRT ideal yang ternyata gak seindah bayangan gue, jadinya ngomong ke Mikko kudu sambil nangis dan teriak-teriak.

Abis kejadian ini gue jadi berpikir, kasian amat sih jadi perempuan, begitu menikah bebannya jadi berat banget,diharapkan ngurusin suami, rumah, belon lagi harus ngurus diri sendiri juga. Sebenernya gak ada tuntutan seperti ini dari Mikko, tapi kaaaaan…di dalam kepala gue ada tuntutan dan norma-norma masyarakat tentang bagaimana seorang istri harus berperilaku. Termasuk didalamnya tugas wajib seorang istri sebagai homemaker. Iya kalo suka, lha, kalo kaya gue yang ternyata benci banget sama urusan tetek bengek rumah gimana? Gak punya bedinde lagi. Mati kutu kan gue.

Begitu punya anak dan jadi ibu perasaan gue bahwa dunia ini tidak adil terhadap wanita semakin menjadi-jadi. Awal jadi ibu baru, gue kembali kemakan sama bayangan tentang ibu ideal. Padahal anaknya rewel, nangisnya gak brenti-brenti, nyusunya apalagi. Setiap kali Kai bangun tengah malam gue bilang ke suami “Gak, papa…tidur aja lagi. Biar aku yang urus Kai” Iya doooong. Aku kan istri dan ibu yang ideal. Biarpun ngantuk setengah mati gue gendong Kai sambil (berusaha) tersenyum penuh tatapan cinta. Tiga bulan jadi ibu baru akoh teler beuraaat. GAK BISA TIDHUUUR. Sementara Mikko kupingnya jadi kebal, Kai nangis meraung-raung ngoroknya maju terus pantang mundur. Pagi hari Mikko bangun dengan ceria sambil berkata “Waaah…enak sekali tadi malam. Kai tidurnya nyenyak, ya?” MENURUT LOOO?

Setelah konsolidasi dan koordinasi yang lebih baik, Mikko bisa juga jadi suami dan ayah yang lebih ideal. Gue bilang ke doi kalo gue gak sanggup ngurus anak dan ngurus rumah sendirian. Mau dong dibantuin. Ya pasti, curhatnya sambil bertangis-tangisan. Setahun jadi ibu baru kerjaan gue emang nangis melulu.

Tapi masa setahun kelahiran Kai itu memang masa-masa tersulit buat gue. Kai bukan termasuk bayi yang mudah. Ketergantungannya sama nenen äiti sungguh berlebihan, bikin gue gak bisa tidur, gak bisa punya me-time, dllnya. Gak heran kalo gue kurus kering dan depresi waktu itu. Yang bikin gue tambah sedih, kalau gue cerita ke teman-teman sesama ibu, kayanya kok gak ada yang simpati sama gue. Rata-rata bilang “Jadi ibu ya memang begitu”. Kok sedih amat sih kalo seorang ibu memang diharapkan untuk menderita? Ke bapaknya kok gak gitu? Dan teman-teman akan tertawa “Hahahahaha….ya beda laaaaaah. Mereka kan laki-laki”

Gue sungguh gak bisa nerima. Biarpun laki-laki tapi kan statusnya sama. Sama-sama orang tua si anak. Kenapa ibunya doang yang dituntut buat susah? Bapaknya juga dong. Tapi dalam hati aja ngomong begini. Males berdebat. Aku kan penakut.

Tapi kalo sama Mikko mah beda. Suatu hari gue bilang ke Mikko gue udah capek banget sama keadaan Kai yang nempel terus ke gue. Gue rindu hura-hura, jalan gak bawa bayi, keluar sampe malem. Bermaksud ingin menghibur Mikko berucap “Jadi ibu ya memang begitu”. Saya pun naik pitam ladies en gentlemen sekalian. NGUAMUK! Secara kan, ya, gue iri banget sama Mikko yang punya kehidupan di luar rumah, pulang kantor kadang main bola dulu sama temen, trus sering bistrip ke luar negri. Mana perkataan “Jadi bapak ya emang gitu” buat doi? Huhuhuhuhuhu…gue nangis lagi deh.

Sebenernya bukan di Mikko masalahnya. Tapi tuntutan masyarakat yang berlebihan buat perempuan dan seorang ibu yang bikin gue gak tahan. Seperti misalnya kalau mudik ke Indonesia. Tiap kali gue pulang malem buat hang-out, orang rumah bakal krang-kring-krang-kring “Anaknya kok ditinggal? Kapan pulang?”. Gue bilang mau ke Bali sama temen-temen pertanyaannya “Anak-anak siapa yang jaga?” Padahal kan ada bapaknya, halooooo. Bandingkan sama Mikko yang berkelana ke Flores dua minggu, gak ada tuh yang nanya “Anak siapa yang ngurusin?”

Buat gue peran ibu yang tidak tergantikan itu adalah hamil, melahirkan dan menyusui. Tugas-tugas lainnya seputar pengasuhan anak harus ditanggung berdua antara ayah dan ibu. Jangan dibebankan ke ibu aja. Pasti banyak kan yang setuju sama gue? Tapi toh di masyarakat belum sepenuhnya begitu keadaannya.

Gue sampe pernah bilang ke Mikko bahwa seorang ayah yang turut berperan aktif dalam pengasuhan anak seharusnya gak patut dapat pujian, karena itu memang hal yang sudah sewajarnya terjadi, bukan sesuatu yang luar biasa. Walaupun yaaaa, gue sebenernya bangga sekali melihat kedekatan Mikko dan anak-anak, Mikko yang sering melepas gue travel berhari-hari bareng temen sementara dia cuti buat ngurus anak, Mikko yang dari awal udah jagoan mandiin bayi dan ganti popok. Tapiiii… di dunia ideal, seharusnya hal-hal seperti ini adalah kejadian umum, bukan pengecualian yang dianggap istimewa. Gak ada deh tuh kayanya pujian buat ibu-ibu yang jago ganti popok dan masak sambil gendong anak.

Pernah juga dengar cerita teman-teman yang suaminya jadi bapak rumah tangga, alias jadi SAHD. Awalnya sih takjub, tapi terus gue bertanya ke mereka “Kalo yang masak sama beberes rumah siapa? Bapaknya juga?”. Si teman pun menjawab “Ya  gak laaah, itu mah tetep gue juga yang ngerjain. Pulang kantor gue nginem dulu nyiapan makanan buat mereka. Doi mau di rumah aja gue udah bersyukur banget”

Di situ kadang saya merasa sedih.

Kalo ibu yang di rumah jaga anak, suami gak diharapkan tuh buat masak dan beberes setelah pulang kerja. Malah yang saat ini dianggap ideal adalah suami pulang sementara makanan sudah siap terhidang. Tapi SAHD yang kagak masak dan beberes rumah itu elu-elunya rame sekali loh. Termasuk gue juga kok yang ikut bersorak gembira. Tapi hati kecil ini masih kurang puas. Ibu rumah tangga yang ngurus anak, ngurus rumah, dan nyiapin makanan kok dianggap biasa aja? Gak dapet sorak sorai bergembira?

Apa kemudian gue memandang status ibu rumah tangga itu rendah? Gak begitu dong, ah. TAPI gue juga gak akan bilang status IRT itu mulia dan kata-kata pelangi lainnya. Buat gue mau IRT, mau kerja, mau ART (ayah rumah tangga) atau apa pun asal halal mah mulia. Jangan memulia-muliakan yang satu seakan-akan yang lain kurang bergengsi. Di dunia yang ideal, semua status itu setara. Gak perlu saling bersaing mana yang lebih baik, mana yang lebih mulia.

Dan jelas ya, gue gak setuju banget sama orang-orang yang bilang bahwa kodratnya wanita itu di rumah. Termasuk gue suka keki sama ustadz dan ustadzah yang isi ceramahnya mengajak wanita hidup lagi ke jaman batu: jadi mahluk rumahan yang diciptakan untuk ngurus anak, suami dan rumah tangga. Gue pilih-pilih ceramah macam apa yang gue dengar, gak semua yang bergelar ustadz lantas gue anggap bener omongannya biarpun dihias ayat-ayat suci. Sombong amat ya akika? Ilmu agama cetek tapi sok taunya selangit. Maafkeun.

Tapi gue mau cerita sedikit tentang bapak penghulu waktu kami menikah dulu. Alkisah, sebelum nikah, gue dan Mikko harus menghadap pak penghulu untuk urusan convertion. Sekalian hari itu pak penghulu memutuskan untuk kasih sedikit ceramah pra nikah buat kami. Terus terang isi ceramahnya membosankan. Si bapak banyak melucu tapi gak lucu, banyak selipan guyon tempat tidur tapi jatohnya krik krik, gue pun mendengarkan beliau sambil terkantuk-kantuk.

Tiba-tiba si bapak memandang gue

“Begini ya, Rika. Kita di sini ada istilah 3R. SumuR, dapuR, kasuR. SumuR itu berarti mengurus cucian, dapuR artinya urusan memasak dan menyiapkan makanan, kasuR,…ya,..artinya urusan suami dan istri di tempat tidur. Dari 3R tersebut mana yang menurut Rika diwajibkan kepada seorang istri?”

“Tiga-tiganya, pak” gue nyaut sambil males-malesan

“Kalo menurut saya, yah” pak penghulu membalas “kewajiban istri itu cuma yang kasuR. Dua lainnya bukan kewajiban karena di Al Quran gak ada disebutkan seorang istri wajib mencuci dan memasak untuk suaminya. Malah dua R ini bisa diwakilkan, misalnya, ke pembantu rumah tangga. Kalo gak ada pembantu, jadikanlah dua R ini sebagai ladang untuk mendapat kebajikan. Misalnya, Mikko yang mencuci pakaian, itu kebajikan buat Mikko. Rika yang memasak, itu kebajikan, tapi bukan kewajiban. Karena dari itu, berlomba-lombalah kalian dalam meraih kebajikan. Jangan, misalnya, Mikko pulang kerja terus marah-marah karena Rika belum menyiapkan makan malam. Gak ada dalam Islam suami menuntut istri buat melayaninya makan. Memangnya gak bisa sendiri? Tapi kalo urusan kasuR kan bedaaaaa. Itu mutlak kewajiban istri. Memangnya mau diwakilkan?”

TUWEWEEEENG, seketika ngantuk gue hilang dan seketika gue jadi jatuh cinta sama pak penghulu. Lafff sekali ceramah mu ini, pak. *buang sapu dan penggorengan*

Jadi hati gue panas kalau melihat meme seperti ini:

wpid-2015-03-24-12.04.10.png.png

Tulisannya sih indah, mengesankan suami dan istri saling menjaga satu sama lain tapiii,…digabung dengan gambarnya,…kesannya tugas-tugas di atas itu milik istri pribadi, dan harus dilakukan dengan riang gembira pula. Lha iya kalo suka, kalo yang nyetrikanya gosong terus kaya saya gimana?

Belon lagi kalo ngomongin ceramah-ceramah yang suka mengulik rasa bersalah ibu bekerja…iiiih, aku tak suka. Anti amat sih ama ibu bekerja? Emang salah mereka apaaaa? Kalau ada ibu yang bekerja yang kemudian mengabaikan anaknya, salahkan si ibu pribadi dong, jangan seluruh ibu bekerja dianggap hina dong, gak sesuai kodrat.

Apa lantas, menurut gue, semua ibu harus bekerja? Ya kagak juga, malih. Mau kerja boleh, mau di rumah jadi IRT, SAHM, WFHM, atau apa pun itu mah boleh-boleh aja. Apapun pilihannya gak ada yang salah, asalkan memang pilihan sendiri, bukan tuntutan orang lain. Intinya feminisme kan itu, bahwa wanita juga punya hak untuk memilih hidupnya. Bukan sekedar mengikuti tuntutan orang lain, masyarakat, dogma ataupun norma-norma tertentu.

Ada satu tokoh (ulama? ustadz? entahlah apa sebutan dia, gue gak paham-paham banget) yang sedang dianggap kontroversial saat ini. Beliau ini dianggap penyebar Islam liberal jadi mau nyebut namanya aja bikin akyu takut diuber FPI. Mengintip sekilas kicauannya di twitter, gue kagum akan pemikirannya yang memang penuh dobrakan, pantes aja dianggep liberal. Mungkin beliau ini semacam Minna Canth dan Kartini versi tahun noceng walaupun beliau laki-laki. Satu kicauan doi yang langsung menancap di hati gue bunyinya kira-kira begini, ingat ya, ini tidak seratus persen ucapan dia karena twit tersebut gue liat dua tahun lalu, tapi ini yang terekam di ingatan gue:

“Perempuan tidak harus selalu percaya apa yang diungkapkan ulama laki-laki tentang dirinya atau tentang bagaimana dia harus hidup, karena perempuan juga bisa berpikir sendiri”

Gue ulangi:

“…karena perempuan juga bisa berpikir sendiri”

Gue hampir nangis loh bacanya. Terharu. Ucapan beliau itu bikin gue merasa derajat gue, sebagai perempuan, dinaikkan. Kami perempuan, kami punya otak dan bisa berpikir sendiri tentang apa yang baik untuk kami.

Oh ya, pendapat Mikko bagaimana? Dapet istri yang self-proclaimed feminist itni? Oh, dia bangga sekali. Akan lebih bangga kalau self-proclaimed nya dihilangkan dan gue bisa jadi feminist beneran.

Tapi sebenernya, sih,…ada yang bilang istilah feminisme udah ketinggalan jaman. So last year banget, darling. Sekarang ini lebih keren kalau kita pakai kata equalisme, karena ini kan memang pembicaraan tentang kesetaraan gender, yang berarti melibatkan baik pria maupun wanita. Ini memang bukan sekedar tentang hidup wanita, tapi juga tentang kehidupan pria dan seluruh masyarakat pada umumnya.

Di Finlandia ini pun sedang ada gerakan equalisme yang dilakoni oleh laki-laki. Misalnya pengajuan izin cuti yang lebih banyak untuk bapak baru, karena kata siapa bapak-bapak gak mau tinggal di rumah lebih lama untuk mengurus bayinya?

Ada juga protes-protes para pria tentang keputusan pengadilan tentang pengasuhan anak pasca perceraian yang dianggap terlalu memihak kepada wanita. Di Finlandia, ibu mendapatkan hak asuh penuh secara otomatis dalam perceraian jika usia anak di bawah 12 tahun.  Bapak-bapak cuma dapat hak kunjungan, atau, harus naik banding di pengadilan jika ingin mendapatkan hak asuh sebagian.

Dengan mengatakan ibu adalah yang terbaik untuk anak berarti kita mendiskreditkan peran ayah dalam pengasuhan. Padahal kan katanya kepingin ayah-ayah untuk lebih turun tangan ngurus anak, jangan dong kemudian meninggi-ninggikan status ibu sedemikan rupa seakan-akan ayah cuma jadi bekgron.

Lebih lanjut tentang equalisme, harus pada baca dong ya kampanye HeforShe-nya Emma Watson? Makin cinta gak sih sama Hermione?

Dan seperti yang diungkapkan Emma Watson, perlu diingat bahwa feminisme bukan berarti man-hating. Feminisme bukan female domination. Dan ngomongin feminisme, aka equalisme, bukan sekedar ngomongin urusan ibu di rumah, ayah pergi ke kantor. Ada banyak isu lainnya yang juga sangat krusial seperti: akses menuju pendidikan yang masih tidak seimbang antara anak laki-laki dan perempuan, pendapatan yang lebih rendah untuk pekerjaan yang sama atas dasar gender, kekerasan baik di luar atau pun di dalam rumah tangga, dll.

So here’s to equality, both for women and men, for a better life of all people.

Dalam rangka menyambut hari kesetaraan ini, YLE, situs berita Finlandia, menampilkan artikel yang pasti bikin hati kita, ebo-ebo dan bapak-bapak sekalian, jadi hangat. Beritanya singkat aja kok, gue coba bikin terjemahan bebasnya di bawah ini ya:

Letittävä isä nousi nettihitiksi – tukkataito tiivistää tytärsuhdetta

(Ayah ahli mengepang rambut menjadi terkenal di dunia maya – keterampilan mengepang mempererat hubungan dengan anak perempuan)

Keterampilan seorang ayah dalam mengepang rambut anak perempuannya mungkin bukan barang langka, tapi jarang ada yang memamerkan atau mengiklankannya. Matti Airola, yang berasal dari Rauma, mengunduh foto hasil kepangan rambutnya ke sosial media dan sontak menjadi popular. Matti juga mendorong pria lain untuk melakukan hal yang sama – belajar mengepang rambut.

Mati memang mendapat banyak sekali publisitas positif  belakangan ini. Semuanya berawal ketika, pada satu hari, ia memutuskan untuk belajar mengepang rambut dua anak perempuanya.

– Maisa sering sekali bertanya apakah kami dapat mengundang temannya Johanna untuk datang kemari dan bermain kepang-kepangan rambut. Agak mengesalkan bahwa saya harus berulang kali menjelaskan bahwa Johhanna tidak bisa setiap hari datang ke rumah.

Di situ lah Matti menetapkan bahwa mengepang rambut harusnya tidak sulit

– Seharusnya saya juga bisa.

Menurut Matti kemudian, kegiatan mengepang rambut ternyata sangat sulit tapi latihan secara terus menerus membuatnya semakin trampil. Dia berselancar di youtube dan menonton banyak sekali video untuk mempelajari rahasia di balik jenis-jenis kepangan yang terlihat rumit. Sekarang Matti telah menguasai beberapa jurus kepangan yang termasuk sulit.

– Misalnya saja gaya kepangan Belanda dan Perancis biasanya terdiri dari tiga bagian tapi bisa juga dikerjakan dengan menggunakan 5, 7, 9 atau bahkan 13 bagian rambut. Saat ini saya sudah bisa mengerjakan cukup banyak variasi kepangan tapi masih banyak variasi lain yang bisa dipelajari. Jumlahnya tidak terbatas.

Memberi inspirasi untuk para ayah

Pada awalnya Matti belajar mengepang rambut hanya untuk menyenangkan kedua anak perempuannya, Maisa dan Kerttu tapi hobi tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah kesadaran tentang hubungan antara ayah dan anak.

– Anak-anak ingin melihat kepangan rambut mereka makanya saya foto hasil kerja saya supaya mereka bisa melihatnya. Foto-foto tersebut saya upload juga ke instagram yang kemudian ternyata menyebar luas.

Matti Airola juga mengajak para ayah untuk tertarik terjun ke dunia perkepangan rambut, menurut pengalamannya, efek yang ada cuma efek positif.

– Jika kita, sebagai seorang lelaki, bisa mengepang rambut, respon yang kita dapat selalu menyenangkan.Dan yang paling penting, hobi ini membawa pengaruh baik terhadap hubungan ayah dengan anaknya. Ketika saya mengepang rambut anak saya di malam hari, keberadaan saya di rumah jadi terasa lebih bermakna. Kalau bukan karena ini mungkin saya cuma berbaring di sofa sambil internetan dari telefon.

wpid-11018499_789253664501503_216157361_n.jpgwpid-10843754_1608848262679815_284712264_n.jpgwpid-10853149_1393179400995314_1478539366_n.jpgwpid-10852702_396418773866837_1701758371_n.jpg

Aaaaaww….sukiyaki banget gak sih sama Matti?

Foto-foto kepang rambut lainnya bisa dilihat di akun instagram Matti Airola: https://instagram.com/isijatytot/, captionnya dalam bahasa Inggris kok.

Matti juga sering mengupload video, menulis tutorial kepang rambut di berapa media online dan juga membuka kelas mengepang rambut untuk para ayah di Rauma. Matti dan Maisa juga muncul di acara aamutv di YLE tanggal 19 Maret kemarin.

Selain Matti, YLE juga mengundang seorang perempuan yang punya hobi ngebengkel mobil dalam acara yang sama. Ceritanya ingin menampilkan dua tokoh, lelaki dan perempuan, dengan hobi mereka yang bisa dianggap cross-gender. Tapi kayanya mbak bengkel tersebut kalah pamor sama Matti dan keahlian kepang rambutnya ini.

Di akhir tulisan gue cuma mau kasih pesen buat suamiku: AKOH MAU PUNYA ANAK PEREMPUAAAAAAAAAAAN

120 comments

  1. Aku aku aku setuju setuju setuju banget sama tulisan ini. Self-proclaimed, yes i am. Akupun begitu hahahaha. Takut didebat boook. Pas awal nikah itu persis banget sama aku. Abis nyikatin kamar mandi, eeh suami cukuran dan rambutnya heboh ke seluruh kamar mandi. Abis itu ngamuk lah si istri, kita bagi tugas. Dia ngevacum ngepel, seminggu sekali minimal. Kagak juga dilakuin. Kena debu aja bersin nggak berhenti2, masak iya kudu minum pil anti alergi mulu. Jadinya dituker, suami nyetrika dan kadang masak. Ini lumayan berjalan sesuai rencana. Dan dia ngebolehin aku pergi2 sm temen-temen hang out bareng, dan dia yg ngerjain kerjaan rumah. Ahyeeeee..
    Naah klo masalah bagi tugas masalah anak, blm tau karena belum punya. Kudu dibikin jobdesc-nya niih sebelum brojolin anak hwahahaha..

    1. agak susah ya jadi feminis beneran kalo orangnya penakutan kaya kita, Nggi. Diajak debat dikit aja mengkeret, hehehehehehe.
      Iya, bagus loh kalo sebelum punya anak diomongin dulu harapan dan peran masing2, biar gak terperangkap sama ide2 tentang ibu ideal yang berlebihan kaya gue dulu

  2. Setujuuuu bgt mbak sama tulisan ini..akyuu sukaaaa…terharu saya ada yg punya pemikiran yg sama sm ane..tapi ya akyu terlalu penakut juga sih buat koar-koar, takut diintimidasi…hehehe..walaupun saya belum nikah tapi suka bgt sm pemikiran mbak rika tentang kedudukan seorang wanita yg seharusnya…peduli setan dan gorila sm orang-orang yg nyuruh kita jd wanita jaman batu lg, toh di dalam Al Quran jelas tertulis, pria dan wanita punya kedudukan yg sama di hadapan Tuhan, yg membedakan cuma amal ibadah dan imannya…*sok alim pdhl ilmu agama cetek*

    Akhir kata saya mengucapkan : ayo mbak buka pabrik lg, bikin anak cewek..semoga Lumi Sofia segera hadir.. suksessss yaa….cemungudh kakak!! 😀

    1. Peduli setan gorilla —–> Hahahahaha, kasian amat setannya. Udah setan, gorilla pula!

      Masalahnya dengan kitab suci, orang-orang suka fokus sama ayat-ayat yang menguntungkan dirinya pribadi aja. Trus suka lupa sama ide besarnya. Makanya kan katanya gak boleh ngartiin ayat sepotong-sepotong. Harus diliat juga ayat2 sebelum dan sesudahnya, suratnya secara kesuluruan, konteksnya, dllnya

  3. Selalu terkesima Rik baca tulisan lu. No wonder banyak fansnya, dan aku bangga berteman denganmu. *ini agak2 puitis lebay, tapi kenyataan loh!*

    Selain tentunya sangat-sangat menyetujui apa yang lu tulis, gue juga ngga demen kalau cowok malah nuntut bales gerakan equalisme ini untuk posisi-posisi pekerjaan fisik yang berbahaya. Gue sebel kalau mereka meledek, ah perempuan cuma nuntut equalism di pekerjaan yang nyaman dan ber-ac, giliran kerja kasar perempuan diem-diem aja, semua laki-laki yang ngerjain. Kalau soal ini, gue juga ngerasa even though women’s endurance is high, but still physical power buat kerja kasar ada di laki-laki, apalagi jadi sopir truk AKAP yang keluar tengah malem misalnya, kan serem *eh tau2 gue dituntut sama laki2 nih nulis kayak gini*. Ya gitu deh, gerakan2 gini selalu ada pro dan kontra, yang jelas mencap perempuan kodratnya “cuma” ngurus RT, itu ngga bener banget. Tapi kalau jadi IRT by choice, ya udah urusan masing2 lah yaow!

    1. Lele, tadinya gue juga mau nulis nih tentang kesalahpahaman soal feminisme ini. Banyak yang mikir feminis berarti mau jadi laki trus diharapkan bisa nyangkul dan jadi supir AKAP. Cabe deeeeh. Kesetaraan kan bukan berarti sama plek-plek, yang namanya perbedaan tetap diakui kok dalam feminisme, salah satunya ya perbedaan fisik antara laki ama perempuan. Tapi kan yg terjadi segala bnyk hal2 dimana perempuan didiskriminasikan berlandaskan perbedaan yang sebenernya dibuat2.

      Tapi mau nulis begitu tadi udah cape, kepanjangan

  4. Eh gw juga bisa ngepang lho. Gak mau kalah. Hahaha. Tp ya gak bisa keren gt kayak si matti.:p

    Iya belakangan bapak bapak mulai bergerak untuk memperjuangkan hak yg sama. Soalnya kadang feminism nya kok jd kelewatan ya. Hahahaa. Jangan marah ya. :p

    Ngeliat foto si matti jd inget foto tetangga gw, doain Richards, yg juga sempet viral. Jd fotonya tuh dia lg gendong bayi nya pake ergo sambil ngiket rambut anaknya yg gede. Sampe masuk dan diwawancarai berita berita nasional. Dia juga skrg bikin buku dan jadi sahd. Dan setau gw dia masak juga. Mantap emang tetangga gw yg satu ini. 🙂

    1. Memang ada yang disebut feminazi, tapi ya menurut gue sih itu udah keluar dari konsep feminisme. Sama lah kaya aliran2 yg bawa2 agama padahal mah udah gak sepaham.

      Judul bukunya apa, man? Mau liat tetangga lo

  5. Halo Rika, salam kenal, ya! Sungguh keren postingan-nya, dan jangan takut buat bilang diri sendiri sebagai feminist. Itu bukan konsep yang ketinggalan jaman atau “so last year” kalau menurut gue. Hanya karena banyak orang menempelkan makna negatif ke kata itu bukan berarti mereka benar. Gue pun suka banget dengan pidato Emma Watson buat heforshe campaign itu. Memang kesetaraan gender bukan cuma isu perempuan, tapi juga isu laki-laki karena yang terpengaruh kan kedua-duanya. Punya anak cowok justru jadi hal yang amat positif karena dirimu sebagai ibu bisa mendidik mereka untuk jadi “laki-laki baru” yang menghormati dan menghargai perempuan dan memandang tugas-tugas rumah tangga sebagai bagian dari tugas mereka juga. (Duh, maap, baru kenalan sudah muncrat-muncrat!) Enihoo, kalau lagi ada waktu 30 menit, coba cek TED talk Chimamanda Adichie tentang “We Should All Be Feminist”, pasti dirimu akan senang denger/nontonnya 🙂

    1. Halo Putri, salam kenal juga ya.
      Iya nih, dengan tulisan ini ceritanya gue coming out of the closet, ceileeee. Semoga berikutnya semakin berani ya.
      Konsep feminist gue rasa gak akan ketinggalan jaman kok, cuma beberapa orang kayanya lebih nyaman menyebutnya dengan equalisme instead of feminisme. Lebih inclusive aja kedengerannya utk semua pihak.

      Gue pun berharap bisa mendidik anak2 gue jadi laki-laki baru dan bersyukur banget si suami support feminisme, kalo gak kan susah jg ngedidik anak kalo ortunya di kubu yang berbeda.

      Makasih banget linknya. Mau nonton! Tapi nunggu komputer lagi diservis dulu nih.

  6. Suka sama tulisan ini Mba! Setujuuu setujuuu. Wanita ga boleh cuma ngurusin rumah ajaa…

    1. Makasih. Menurutku kalo memang ada yang sukanya mengurus rumah dan gak berminat berkarir di luar rumah, sah-sah juga kok. Yg gak boleh itu kalo semua wanita dituntut untuk ngurusin rumah aja tanpa mikir si wanitanya mau atau gak, suka atau gak karena kan hidup lebih enak kalo ada pilihan dan gak sekedar nurutin perintah orang.

  7. Setuju banget Rika sama tulisan loe…apalagi yg mengenai ceramah2 pak ustadz yg isinya jaman kuda. Istri itu begini kodratnya, dan kok dr ceramahnya keliatan istri kok kedudukannya jd marginal??! Kalo dibuat sharing gitu panjaanng ya 🙂 untungnya gue punya mertua (cewe) yang die hard feminist, dan ngedidik anaknya (laki gue) dengan caranya sebagai seorang feminist tp yg gak keblinger. Lumayan nih gue bs cari2 artikel tentang bu minna ini, thanks ya for sharing! 🙂

    1. ceramah dan meme2-an islami kaya gitu banyak oppieeeee. Selain ngajak wanita untuk “pulang ke rumah” ada juga yang mencoba menempatkan wanita kembali sebagai mahluk pasif, gak bisa milih tapi dipilih, gak perlu ngomong karena diam itu berarti kuat. Kata-kata yg kedengerannya indah di kuping tapi coba deh di jalanih…nyahok. Duh, panas nih gue kalo ngomongin ini *kipas-kipas*

  8. Kalo aku sih bukan feminisme… tp equalism kali ya? Abis menurutku bukan hanya wanita aja yang haknya keinjak2 tapi pria juga…ya contohnya masalah hak asuh anak gitu. Menurutku sih hari gini mah mau laki2 ato perempuan harus serba bisa kalo mau idup. Hahahahaha. Tergantung pilihan masing2 aja…karena menurutku ya menjadi laki2, perempuan, suami, istri atau ibu dan ayah itu adalah anugerah. Jangan dibanding2kan lah….

    1. Sebenarnya equalisme dan feminisme sama kok. Dua kata yg berbeda tapi maknanya sama. Equalisme mungkin lebih enak didenger ya karena lbh inclusive buat pria dan wanita.

      Bener, tahun noceng gini loh yaaa…semua harus bisa dikerjain sendiri. Tapi perbandingan kadang tetep perlu sih untuk memperbaiki keadaan, terutama kalo ada piha yang tertinggal atau dirugikan. Kaya anggota DPR yg sering studi banding itu lah *eaaaa*

      1. Eaaaa…. nyerempet politik nih yeee… yang sulit sebenarnya cara berpikir masing2 orang. Contohnya aja ada beberapa orang yang aku kenal yang tetap merasa laki2 harus tetap menempati posisi tertinggi… dan wanita itu dipandang tidak lebih dari pembantu dan tempat produksi anak. Capcay banget deh… jadi walaupun udah banyak yang sdh mengusung paham kesetaraan gender tapi tetap aja namanya dunia ga sempurna yah. Ada aja yang masih membawa teori lama.

        1. Nah, yang kaya gini nih yang bikin darting ya. Istri tapi dianggep kaya pabrik anak dan pembantu, and believe me, masih banyak kejadiannya, huhuhuhuhuhu. Apalagi kalo hak-hak seperti memilih, bersuara, berpendapat jg dilanggar dengan mengusung prinsip “suami adalah pemimpin” heeeeeeehhh, kzl. Ada kisah tetangga yg begini soalnya

        2. Iya tuh… kalo di makassar mahhh masih banyakkk. Di sini, kalo kita ngomongin kesetaraan gender itu dianggap cuma karena mau menang sendiri. Jadi anggapan wanita yang menuntut kesetaraan gender itu karena wanitanya mau memerintah suami. Padahal kan kalo gitu juga ga bener lahhhh… singkat cerita kalo suami yang minta istri melakukan sesuatu itu wajar… tapi kalo istri yang minta suami melakukan sesuatu itu pandangan masyarakat udah negatif banget… biasanya ngomong ih mau lu ya di suruh2 istri… aneh dong, kan udah berkeluarga harusnya menjadi team dong bukan jd atasan dan bawahan…

        3. di makassar bo? padahal itungannya kan kota besar ya. kalo di pelosok gue masih ngerti lah.

          itu tuh yang gue bilang banyak yg salah paham kalo feminisme itu female domination, man hating, ada juga yg bilang feminisme itu kebebasan yang tak terkedali…cabe deeeh

          gue jgua sebel kalo ada becandaan kaya gitu antar cowo, suami kerja domestik dibilang disuruh2 istri, kesannya cowo kawin biar dapet pelayan.

        4. Kota sih kota besar…tapi pemikirannya masih rada2 sempit… hahaha…

  9. qonita · · Reply

    jadi curiga nyokap itu feminis diam2..beliau paling sebel kalo ada cewe yg pilih di rumah ninggalin kerjaan abis nikah…kata beliau kan kita gak tau masa depan kayak gmana..makanya nyokap rada pengen kakak ipar ku kerja lagi hihi gak jadi Ibu rumah tangga 😛
    trs soal suami istri soal bantu membantu di rumah, ortu prinsipnya sama kayak bapak penghulu bapak ama ibu ku dari dulu udah ngelakuin it.. nyapu. nyuci baju, bersihin halaman ampe nyetrika baju itu jatah bapak hihi..efeknya aku ga benci nyetrika dan nyuci baju ampe sekarang 😛
    mantapnya kan biasanya tuh di jawa biasanya para suami itu makanan atau minuman itu diambilin ama si istri, trs pas di rumah atau pas makan di luar bapak ngambil sendiri, ditegurlah ama tante ku dan ibu ku lgsg jawab: bisa ngambil sendiri ngapain diambilin..heheehe
    pokoknya kalau dapat suami standard ku minimal bapak hihi

    1. qonita · · Reply

      btw Matti jago abis ngepangnyaa…aku ga bisa ngepang rapi nih 😛

    2. bapak kamu hebat sekali, karena jaman ortu kita dulu peran gender kan masih terkotak-kotak sekali. Perempuan harus gini, laki-laki begitu. Dan bapak yg baik meningkatkan standar anak perempuannya juga utk milih pasangan hidup yg lebih baik. Amiiin, semoga dapet yg minimal seperti bapaknya, ya Nit

      1. qonita · · Reply

        mungkin karena ortu sama2 guru agama, jadi kayak si bapak penghulu itu, tau mana yg diajarin ama Islam ama mana hasil campur budaya entah arab entah indonesia,,,eh tp ada ding yg ga dilakuin bapak, nyuguhin minum ke tamu katanya biar ga ditanya macam2, malas jawabnya 😛

        1. alhamdulillah pengamalan agamanya orang tua kamu oke banget ya, nit

          aku sedih kalo ada yang bawa2 agama untuk bilang kodratnya wanita masak dan nyuci

  10. Setuju Rika dan jangan sungkan mengaku feminis kalo ngga nanti ngga ada lagi yang berani menyuarakan diri.

    Yang aku sayangkan sebagai feminis yang menikah banyak sesama perempuan saling menghakimi satu sama lain, bukannya saling mendukung.

    Pandangan salah yang orang banyak punya adalah feminisme itu gerakan perempuan untuk menjadi seperti lelaki. Aku lihat setelah gelombang ketiga feminisme diseluruh dunia, sekarang perjuangan ditekankan equality, equal chances & opportunities. Dan yang paling aku suka, jaman sekarang perempuan berhak dan bisa menentukan pilihannya sendiri; mau kerja diluar rumah, SAHM atau apa pun, itu pilihan yang dipertimbangkan matang.

    Walaupun begitu perjuangan belum selesai karena masih ada yang menjunjung tinggi kodrat wanita yang notabene ditentukan dalam masyarakat berorientasi patriarkal.

    Bagus ya di Finland ada hari peringatan seperti ini. Nanti aku cari Minna Canthin deh. Thanks for sharing this inspiring post!

    1. Iya, Mbak. Semoga setelah ini bisa lebih berani. Terutama berani ngomong,berani membenarkan pemikiran yang salah tentang feminisme. Tapi sebenernya pengetahuanku tetang isu ini masih dangkal banget, jadi kadang malu juga ngaku2 feminis. Yang aku bisa omongin sekarang cuma pengalaman dan perasaan pribadi aja sebagai perempuan di duni ayang patriakal ini.

      Tahun kemarin aku sempet magang di NGO yang ngurusin imigran perempuan, Mbak. Kebanyakan imigrannya refugees dari negara seperti Somalia, Iran, Iraq dan di negara-negara itu yang namanya feminisme masih sayup-sayup suaranya. Kalo denger kisah-kisah mereka bikin sedih banget. Yang kawin muda dan harus berhenti sekolah, yang jadi victim violance, yg gak diijinin kursus bahasa sama suaminya. Buat mereka kadang yang namanya pilihan itu gak ada. Sedih, ya.

      1. Iya betul Rik, aku inget kamu pernah cerita sekilas ini. Aku suka posnya karena ditulis dari hati 👍

  11. Inspiratif banget bo postingan ini, kesetaraan ini sudah mestinya dimulai dari diri sendiri emang. Sejak gw nikah, gw gak mau deh pusing sama urusan rumah, maksudnya gw mau kita berdua ngerjain bareng2. Dari sekarang pun gw udah kasih penjelasan kalau gw perlu me time walaupun gw punya baby di rumah.
    Apalagi untuk kita2 yang tinggal jauh dari kemewahan nanny, pembantu dan supir, wah penting banget unless bisa2 gw penuaan dini 🙂

    1. Bagus banget bow kalimatya. Kesearaan ini sudah mestinya dimulai dari diri sendiri.
      Gue mulainya agak terlambat tuh bow karena keburu terperangkap sama ide-ide tentang istri dan ibu ideal yang ternyata hal mustahal bin mustahil .

  12. suka banget sama tulisan mb Rika ini,suka suka dan setuju! 🙂
    kalau di rmh saya juga sebenarnya suami tidak pernah suruh bersihin rmh atau masak tiap hari *krn blom punya anak* ,biasanya kami bersihin rmh bareng2 pas weekend,dan saya cuma bantu lap2 debu di meja atw lemari aja sisanya suami yang vakum lantai dan ngepel 😀
    btw ceramah pak penghulunya ahaha,,masa iya mau di wakilkan *dyaaar*
    dan kalimat penutupnya,iya penasaran pengen liat muka adek perempuannya kai dan sami 😛

    1. ngapain saya kawin kalo yang enak-enak malah diwakilkan, paaaaaaaak
      hahahahahahahahah

      jangan dikilik2 dong aku punya anak perempuan, ntar kejadian gimana…enggg…tapi pengen

  13. biasanya ya kak Rika, kita2 yg (ehh.. kita?) die-hard feminists ini masih bisa ditentang dan dimentalin krn byk cwe2 manja tuh aplg urusan finansial. Kencan ditraktir, punya pacar minimal bermobil, ga bisa apa2 dikit2 minta bantuan laki, dll dsb etc. Ya aku jg pengen sih punya pacar kya gitu tp kalo bs mandiri secara finansial, siapa yg ga bangga, sih? ;D

    1. Tul. Manja-manja boleh tapi bukan berarti bergantung sama orang kaya benalu, ya

  14. rikaaa… gue punya anak perempuan dua bijik tapi rambutnya minimalis. jangankan dikepang, diiket aja memprihatinkan masya Allaaaahh… makanya gue jadi gak bisa ngepang, nyuci, masak, dan nyetrika… *gak nyambung*

    btw iya juga, kenapa sih ibu bekerja suka disalah-salahin? padahal ya dibalik ibu bekerja itu, ada segunung tagihan KPR bok!

    curhat gue gak jauh2 dari KPR yee :)))

    1. Rani, nanti kamu dimarahin pak ustad, kerja buat KPR, bukan buat anak. 😀 😀 😀

  15. NisadanChicco · · Reply

    sukaaa banget Rikaaa baca postinganmu ini. disaat hati sedang gundah gulana capek ngurus ina itu. trus jreng jreng baca ini kaya ngerasa suara kecil gue didenger, kaya doa gue semalam didenger Allah ahahahaa. kaya ada yang setuju sama apa yang gue pikir selama ini “gak gini2 amat kali gue jadi wece/istri/ibu” walau gue beruntung punya suami yang bisa diajak kompromi untuk hal2 urus anak dan rumah dan kerjaan. gak yang tipe konservatif gitu. walau tetep kadang yang namanya laki ego selalu berkata dan bertindak lebih.

    Waktu baru awal lahiran juga gue kurleb sama kaya lo Rik, stress, bingung, dan clueless. tiap curhat jawabanya ” ya emang gitu jadi Ibu” ngebatin banget gue “gak gini dong, masa si senelangsa ini” dll..trus kalau masalah seputar rumah tangga waktu awal2 baru kawin, tiap curhat ” emang gitu kita sebagai istri” plisss deh…moso si kita perempuan harus nrimo aja.pasti ada hal lain yang bisa dirubah.

    memang ilmu gue tentang feminis dkk ini masih cetek buanget. tiap kali ada tema ini pengen ikut nimbrung tapi takut gak bisa adu debat dengen pemikiran yang gue punya. cara lo jelasin diatas itu emang mendekati apa yang kebanyakan perempuan rasain Rik. pernah baca salah satu buku feminis “the whole woman” (buku lama si) kalau sampai saat ini perempuan itu secara gak langsung masih suka dijajah dengn konsep perempuan cantik, perempuan harus sempurna perempuan harus bisa ina itu seperti yang lo jelasin diatas. ngurus rumah, suami, anak dan berpenampilan cantik. kaya emang tugas cewe tuh cuma gitu aja dan gue mikir semacam perhiasan dan “babu” ahahahaha. tapi apa dikata masyarakat masih banyak yang belum bisa melepas dogma2 tentang hakikat perempuan itu sendiri. masih menganggap perempuan itu lemah , gak bisa apa2 dan paling bagus ya idup lah sesuai kodrat lo. sepakat emang kalau hamil, melahirkan, menyusui para lelaki gak bisa gantiin. tapi hal lain bisa dikerjakan bersama2.

    Di Islam pun sudah jelas (walau ilmu agama gue juga masih cetek juga siT_T) tapi gue pernah baca Rik, prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antar manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku, dan keturunan.di salah satu surat apa gitu gue lupa kalau wanita itu itu saudara kandung laki2 jadi jsudah sepatutnya diperlakukan sama kecuali yang menjadi pembeda ahlaknya yang kelak akan dipertanggung jawabkan sendiri diakherat. dan pernah baca juga tentang Islam juga memberikan sejumlah hak kepada perempuan yang ini gue baca versi si quraish shihab: hak politik, hak profesi,hak belajar, hak sipil (malah di hak sipil ini si perempuan boleh lho menjamin idup orang lain seperti laki2 dan memilih suami tanpa perjodohan seprti jaman dulu banyak keluara lakuin ), dan hak berpendapat (CMIIW)

    Cuma lagi2 pemikiran masyarakat khususnya para lelaki yang gak mau hal2 seperti ini jadi “angin segar” buat kaum perempuan. makanya kadang dikemas melalui sejarah agama, kebudayaan, lingkungan dll kalau perempuan itu kodratnya ya kaya gitu.jadi secara gak langsung selama berabad2 kita sebagia perempuan tertindas dengan ” yoweslah trima nasib aja ” jadi dilupakanlah itu kemampuan kita buat berpikir sendiri. termasuk kaum perempuan yang sekarang saling menjatuhkan. karena sebenrnya mereka juga gak ngerti. misal saling sindir ibu pekerja, ibu rumah tangga dll . necer ending story emang *sigh

    panjang ya Bok..sori Rik. saking gue berapi2 semangat bahas ginian dari segi pemikiran ilmu gue yang cetek. thanks for sharing Rikaa *pelukk erattt* dan guepun lagi berdoa kenceng biar anak kedua dapat cewe , jadi selain dikepang bisa dipitain juga ;p

    1. Nisaaaaa….baca komen lo bikin gue juga berapi-api. Apalagi bagian lelaki yang gak mau terjadinya angin segar itu. Ini gue juga sempet baca-baca, dan emang sih, jatohnya agama suka dipakai buat kepentingan sekelompok kaum tertentu. Kaya nyomot-nyomot ayat yang seakan2 memerintahkan wanita untuk pasif, untuk di rumah aja, untuk selalu melayani dllnya. Padahal kalo diliat keseluruhan konteks ayatnya, belon tentu artinya begitu. Tapi kan yaaa, kita-kita yang cetek ilmu ini kadang suka terpesona sama orang yang make titel Kyai lah, ulama lah, ahli lah, apalagi kalo kepalanya dibungkus sorban putih…kesannya yang diomongin bener semua.

      Soal yang perempuan bisa memilih jodohnya sendiri itu, Nis, udah jelas kan ternyata itu bagian dari hak sipil perempuan. Tapi baru-baru aja gue baca ada yg bikin meme “perempuan tidak perlu khawatir bagaimana caranya memilih lelaki, cukup ia memperbanyak kebajikan maka lelaki baik akan datang memilihnya” Indah banget ya booo bahasanya tapi kaaaaan….ini kan ngajak wanita untuk pasif dan bisanya cuma nunggu. Igh, gue sebel. Lebih sebel lagi banyak sesama perempuan yang ngelike. Gimana dong ini ya kalo perempuannya sendiri masih pada gak mau bikin perubahan?

  16. mbak rikaaaa.. aku si Silent reader (eh dulu pernah komen sih) makin jatcin sama blog mbaknya. menginspirasi sekali ini postingannyaaa… aaakk. toss dlu dong, saya pun self proclaimed feminist hehehe. suka kzl aja kalo ada cowo yg suka semena2 nyuruh perempuan ngerjain pekerjaan domestik dengan dalih itu kan kodrat perempuan. Ih kodrat dari hongkong !. emg nyapu harus pake rahim? gak kan…
    makasih sharing nya mba rika 🙂

    1. duh, sampe jatcin.
      toss dulu kita sesama self-proclaimed feminist. Semoga bentar lagi jadi feminis beneran yang gak sekedar self-proclaimed ya. Semangkaaaaaa

      Emang nyapu pake rahim ——> GILINGAN PADI. NGAKAK!

  17. Ya ampun berkobar-kobar sekali, aku bacanya sampe ikut membara. Dengan ini aku resmi follow blog Mbaknya. :*

    1. aiih, makasih

  18. Laik it….

    1. singkat dan padat komennya

  19. matti pinter buat kepangan ya *he he he baca panjang2 kesimpulannya ko itu ya

    Hmm, jadi inget tetangga depan rumah yang heubat bgt bisa jadi sumur, dapur, kasur,driver motor, mobil bahkan pulang kampung ke jawa doi juga yang setir…ko bisa ya..secara kita dirumah pas weekend aja jagaain anak dan beberes rumah ajah dah rempong euyyy…

    1. sebenernya niat awal nulis ini kan memang mau menampilkan artikel Matti itu, tapi kok perambulnya jadi kepanjangan 😀

      aku puuuun…mau pipis aja kadang males jalan ke WC

  20. Rikaaaaa, ini gw bacanya sampe membuncah-buncah dalam dada deh, pingin keprok-keprok juga..

    1. ini penggemar GOT garis keras kalo terlalu semangat nanti keluar golok lagi

  21. Aku mau share yahhh.. Ini tulisan kece banget deh. Sering banget dapet komentar gak enak sehubungan dengan ibu bekerja.. Ihiksss.

    Inspiring!

    1. boweh…boweh…makaciihh

  22. katanya kapok hamil lagi mbak 🙂

    1. ini komen yang sungguh menohok 😀 😀 😀
      tapi emang beneeeer….ogah banget hamil lagi dan begadang lagi

      1. tapi yang namanya hamil dan sakit melahirkan dan printilan sesudahnya kata orang sih kapoknya kapok lombok. ntar kalo ‘pedes’nya udah hilang pengen makan sambel lagi 🙂
        ayo mbak….. akyu bantu dengan doa deh biar yg ketiga dapetnya anak perempuan.pastinya wajahnya gabungan wajah kai dan sami.aih…… ngebayanginnya, pasti kiuuuuutttt abis 🙂 🙂

        1. aku gak kena ini kapok lomboknyaaaaa, padahal suka bange loh makan cabe, hihihihihih
          tapi kadang ngarep “kecelakaan” sih biar mau gak mau ya dijalanin *haduh, dipelototin suami*

  23. Armela · · Reply

    Duhhh mba rikaaa .. aku yg silent reader blognya ga tahan buat ga komen buat yg ini .. aku super sependapat bangetttt … makin cinta deh sama tulisan2mu .. ini blog yg selalu aku cek tiap hari kira2 ada update baru apa engga.. Aku armela mamanya Sky yg di pontianak .. Aku jg sepemikiran bangetttt bangettt dengan dirimu .. awal2 mikir kok gini amat yaaa perempuan kasian amat nasibnya banyak dituntut ini itu .. Aku sampe kawatir anakku perempuan nanti amit amit deh dapet suami yg menuntut ini itu .. ibuku working mother juga dan memang prinsipnya klo ayah bisa kerjain sendiri ya kerjain sendiri ga semua harus dilayanin .. gile aja uda kerja, ngurus anak anak, awasin PR nya .. pendidikannya, masa harus beres2 rumah kinclong ditambahin tuntutan mesti langsing cantik mempesona .. Aku sampe berdoa mudah2an kelak anakku dapet suami yg pengertian dan sayang ke dia dan ga nuntut yg gimana2 .. klo nuntut dan konservatif mending ga usa nikah aja … mending single heppy2 … berkarya buat dunia … itu keparnoan aku aja sih .. Aku setuju banget dan cinta tulisan ini .. Yang penting kodrat perempuan jg ga melupakan anak2 nya .. itu aja .. dan berusaha semaksimal mungkin .. Suami adalah partner yang saling membantu .. Kalau aku punya anak laki2 jg akan kudidik mau bantu2 di dapur bukan cuma jadi raja tanpa mahkota … Love banget mba Rika salam buat Kai dan Sami … Moga2 someday kita bisa ketemu

    1. Halo lagi Armela dan Sky.
      Di jaman yang masih patriakal gini suka bikin galau ya kalo punya anak perempuan. Takut diperlakukan gak baik. Untung Sky punya ibu yang seperti kamu, dan juga kakek-neneknya yang juga oke banget, aku rasa dia bakal punya standar tinggi buat calon suaminya nanti.

      Moga-moga someday kita bisa bertemu juga, Armela. Maaf nih, belum nemu kartu posnya. Ternyata di kantor pos ga ada kartu pos yg finlandia-finlandia gitu, harus ke toko suvenir.

      1. Armela · · Reply

        Iyah banget mba … kadang aku lebay klo malem liat dia tidur , duh nak kamu lahir kedunia yg penuh rasa sakit ini .. Hahhahaha sambil mewek … Amin amiin mba .. Mba Rika juga pasti hebat mendidik Kai dan Sami kelak … standar wanita nya super tangguh dan tahan banting kaya ibunya yg menginspirasi wanita lain jg .. ya ampun mba ga usa repot2 .. klo nemu kartu pos apa aja yg ada tulisan dan perangko finland bakal kulaminating trus pajang baik2 buat Sky nanti dewasa pikirannya bisa terbuka … tapi klo sempet aja mba .. klo engga, gapapa banget .. makasi ya mba Rika … 🙂

  24. Super Like! Haha sekian lama silent, gatel pengen comment.
    KEREN BGT!

    1. aihh, masa? kan akunya jadi seneng.
      makasih ya

  25. hai, mbak rika.. selama ini jadi silent reader hehehe salam kenal ya.
    mohon ijin buat dishare yaa.. pencerahan banget buat aku yang sebentar lagi nikah dan kalo mikirin ngurus rumah tangga nanti udah bikin cranky banget 😦

    1. boleh kok di share. makasih, ya, anastasia

  26. trus aku keingetan jaman kuliah ngebahas sexism and feminism 😀
    bersyukur mbak, suami ngeliat istri sebagai partner yang sejajar. sama2 boleh kerja, sama2 boleh bergaul sama teman2nya, sama2 turun tangan ngurusin rumah. semoga bentar lagi juga sama2 dipercaya ngurus anak ya mbak 😀

    1. oiii….dulu kuliahnya apa sih san? kirain kamu tukang insinyur

      Amin…semoga dapat berkah ngurus anak ya sebentar lagi

      1. thank you, mbak rika 😀
        aku kuliahnya sastra, mbak. yang tukang insinyur, suami. duet maut yaaak. satunya doyan ngoceh, baca ngomel. satunya tukang ngitung. iya ngitung ocehan istri 😀 😀

  27. setujuh banget untuk saling mencari kebajikan dalam rumah tangga tapiiiiiii…huuummm…kl yg tentang kewajiban yang satu itu yang diwejangkan Pak Penghulu, ga blh dipaksakan jg x y hrs selalu nurutin pak suami

    1. hahahahahahhaha
      gue gak mengulik lebih lanjut maksudnya R yang terakhir itu sih, Ka. Jadi gue artikan sendiri aja secara bebas. Gue rasa yg ditekankan di sini tuh kata “gak bisa diwakilkan”nya itu bukan berarti harus selalu siap buka celana tiap diperintah suami, hahahahahahha. Dan kewajiban R yang satu ini sebenernya juga berlaku buat suami terhadap istrinya.

  28. Hello.. Mbk..
    Saya terenyuh baca tulisan mbk.. saya laki2 dan blm nikah jadi punya bayangn hidup berumah tangga.. Komunikasi paling peting ya mbk..

    Karna blm pernah denger ceramah pra nikah.. Jd dpt ilmu baru dr pa Ustad..

    Semoga me-time nya mbk Rika dpt ngerfresh mood nya buat kembali beraktivitas..

    Salam.. Cheers 🙂

    1. Halo Tayadih. Makasih udah baca. akan lebih baik kalo semakin banyak laki2 yang juga ikut baca dan belajar tentang isu-isu feminisme.

      Oiya, komunikasi itu penting ting ting banget. Kalo aku diem aja waktu itu Mikko mana ngerti kalo aku butuh bantuan, bisa-bisa aku mati muda deh.

  29. Rika, salam kenal dari diriku sesama mama rantau yang sering galau yang selama ini menjadi silent reader penikmat tulisan-tulisanmu. Akhirnya diriku memberanikan diri untuk menulis reply (kenapa kok diriku lebay sok sok bikin rhyme). Tulisan inih….haduh….setuju sampe ke titik koma nya. Aku sampe speechless karena ini bener bener suara hatiku yang selama ini hanya berani kuutarakan sama suami dan beberapa temen. So inspiring, Rika! Would love to talk with you more!
    Seperti yang pernah gue diskusiin sama Laila (mudah2an dia gak ngambek namanya gue catut), sebenernya banyak wanita2 yang berpikiran sama kayak kita (ceile kita) dan tulisan-tulisan seperti ini sangat membantu wanita-wanita itu (termasuk gue) untuk gak ‘terperangkap’ sama pikiran gue sendiri. Bahwa ternyata gue gak sendirian. Hiks, jadi terharu…

    1. Halo lagi Anin *dadah-dadah*

  30. Oiya Rika, kalau tidak keberatan, bolehkah diriku minta alamat emailmu? Terimikisi sebelumnyah…:D

  31. Rikaa.. kok kata2 penghulu elo bisa sama persis ya dengan bapak penceramah yg kemarin gw datangin di masjid? Jangan2 orang yg sama nih.. Beliau bilang urusan sumur n dapur bisa di outsource, kl urusan kasur gak mungkin dioutsource..

    Btw di Islam sebenernya sangat memuliakan wanita loh, makanya di Al Qur’an ada surat AnNisaa tapi gak ada surah Ar Rijal. Nabi Muhammad SAW pun sangat memuliakan istrinya dan beliau juga biasa melakukan pekerjaan domestik kayak mengasuh anak,mencuci, memasak, ke pasar, sampai menjahit baju. Tapi kenapa makin kesini kok malah berubah ya, banyak bapak2 yg gak mau bantuin istri di rumah, disitu kadang saya merasa sedih…

    1. Itaaaa….lo KUA mana? Gue KUA Kota. Eh, paling gak kantornya ya deket Kota situ tapi gue lupa nama tepatnya apa ya. Biasanya kan bapak2 penghulu stok ceramahnya emang gak banya. Tp syukurlah ceramah 3R ini bagus ya.

      Kalo gue rasa kebalikannya, Ta. Surat AnNissa dan kisah-kisah dimana Nabi ikut turun tangan di pekerjaan domestik diturunkan justru karena keadaan di Arab waktu itu kelewatan patriakal dan memojokkan kedudukan kaum wanita. Makanya turunlah surat itu biar orang-orang jaman dulu itu sadar. Tapi yang namanya perubahan mmg ga bisa cepet ya, ini aja udah ribuan tahun masih byk yg bilang nyuci ama masak kerjaannya perempuan. Tapi kalo bayangin keadaan perempuan di jaman Nabi itu, gue rasa lebih nelongso lagi dibanding sekarang.

  32. salam kenal Mbak… aku lagi mikirin tesis tentang gender in Islam jadi terinspirasi… boleh lah ya pendapatnya aku copas copas….

    1. Salam kenal jgua Almuzhaffar. tapi sebenernya tulisan ini bukan tentang gender dalam islam sih. Ini sekedar pengalaman dan pendapat pribadi aja.

  33. Waaaa sya suka ke0angnnya si matti #ilangfokus xixxixiix

    Tulisannya bgus mbak panjang tp g ngebosenin bacanya… smga sami cpt dpt adek cewek biar bs dikepang2 xixixixxi

    1. Makasihhhh
      begitu liat kepang2 bagus begini bikin aku kepengen puna anak cewe

  34. Hi Mbak Rika, salam kenal.. saya dah lama jadi silent reader, seneng bgt baca post yg ini ampe pengen ikutan comment. Saya sih paling sebel tuh kalo orang ngomong dibelakang kesuksesan suami ada istri yg baik. Lah..kalo suaminya ga sukses, emang istrinya gak baik? Soalnya ada temen, malahan suaminya sakit, trus stress, gak kerja….akhirnya si istri yg cari duit sambil manage rumah dan ngurus suami plus anak pake asisten rt, kurang hebat apa coba…sekian sharingnya hehehe Intinya si, mo bilang post nya bagus bgt…

    1. Salam kenal juga Nita.

      Hahahahahahaha, betul juga ya…kalo suami gak sukses apa istrinya gak baik? Temennya itu hebat sekaliiiiiii, semoga kerja kerasnya dapet apresiasi yang sesuai.

  35. Brahmanti Prameswari · · Reply

    Issshh mba rikaa..
    Aku pikir aku doang yang hobi marah2 ke suami setelah jadi ibu baru..
    Aku pikir aku kena husband blues lohh sampe aku tulis di blog aku

    Si Macan Betina

    Padahal suamiku itu sudah amat sangat helpful
    etapi kan harapan aku tuh tanggung jawabnya bener-bener “sama” bukan cuma “helpful”

    Bahwa surga juga ada di bawah telapak kaki Bapak

    Terimakasih sharingnya mba rikaa 🙂

    1. betul, pengennya gak sekedar bantu tapi lebih ke pembagian tanggung jawab yang lebih adil dan merata.

      Sama-sama, Anti

  36. sukak bangat sama tulisan inih huaaaaaaa
    suami aku suka nya berantakin gabisa beberes tp klo nyapu ngepel bersih tp ga diberesin yg berserakan d lantai di taro d sofa atau tempat tidur *mewek*
    aku juga kerja mba punya anak perempuan tapi klo sampe rumah maunya rapi semuanya klo ga rapi yg dikerjain si mba ya terpaksa malem2 aq nyapu ngepel ,,,, abis itu puas bgt
    tp skrg jarang banget aku encok kakak ….. padahal maunya kaya mba astri nugraha huaaaa kok bisa yah dia begituh *oot*

    1. kalo abis pergi, apalagi kerja banting tulang, trus sampe rumah disambut kapal pecah…ampoooon, mau meledak ya rasanya. Mau cuek gak bisa, kepikiran terus. Kaya kamu itu deh jadinya, malem2 harus nyapu ngepel dulu, hihihihihhi.

  37. Ahhh saya telat bacanya suka dg tulisan mbak rika sebagai single saya bangga sama kakak saya yg juga minta equality dan suaminya menyepakati, mereka kerja sama ngurus rumah. Kalo dia baca ini pasti girang senang 🙂

    1. gak telat koookk, hihihihihi
      bravo buat kakak2nya, dan sukses jadi contoh yg baik buat adiknya kan. semakin banyak yang kasih contoh semakin mudah keseteraan tercapai

  38. Rikaaaa, I lop you full !!

    Gue tuh pengen bisa nulis masalah ginian, tapi sungguh gue ga bisa nuanginnya ke tulisan dengan baik dan benar kayak tulisan elo ini. Bahagia sekali rasanya baca ini. xD

    1. i lop yu pull juga aftri

      ayo nulis juga, semakin banyak yang baca dan semakin banyak yang mengerti dan tersadarkan
      gak usah bingung mau nulis apa, tulis aja pengalaman dan perasaan lo sendiri tentang isu ini

  39. Gue belum nikah dan belum ada rencana nikah. Tapi udah lama mikirnya macam mbaknya. Dan sering dibilang aneh. Haha. Dibilang melanggar kodrat paling sering. Haha.

    Don’t confuse motherhood with housekeeping. Ya ndak?

    *silent reader yang terkagum-kagum sampe jadi komen disini*

    1. siapa itu yang bilang-bilang kodrat…ayo disuruh banyak2 baca

      tapi bener apa kata kamu, june…byk yg menyamakan motherhood dengan housekeeping. sedih ya

  40. dhira rahman · · Reply

    Aku kok gak mikir gitu ya rika?..
    Kayaknya aku hidup di jaman kegelapan deh hahahaha…

    1. dhir, dibuka dulu malenka-nya, biar gak gelap lagi, hihihihhi
      gak papa kali kalo punya pemikiran beda. buat gue salah satu unsur feminisme ya bebas berpikir dan menghargai pemikiran orang lain

  41. Artikel lo ini suara hati gue banget, Rikaaa… 🙂
    Gue umur udah 32, feminis, belum nikah. Semakin tua, nyari suami semakin selektif (bukannya makin diobral, hahaah), karena gue nyadar kalo nikah itu bukan kisah dongeng putri ketemu pangeran ato cuma status di facebook aja.
    Realita pernikahan tu ternyata tanggung jawab yang besar, kompromi dengan keadaan & pasangan, juga mengesampingkan ego (berdasarkan curhat dari temen2 yg udah nikah).

    And yes, buat seorang cewek, ternyata nikah itu malah nambah ‘beban & tugas’.
    Contonya, temen gue kerja ( buat biaya anak & kebutuhan lainnya), urus anak, urus rumah, urus suami.
    Tapi suaminya kesannya ya cuma kerja doank. Abis itu dilayanin istri, air minum aja musti diambilin.
    Padahal kan 2-2nya sama2 kerja & nyari duit buat kehidupan mereka sekeluarga.
    Harusnya kan urusan housekeeping pun berbagi. Baru fair.
    Mereka pasangan Indonesia. Suaminya punya prinsip istri musti manut ama suami.

    1. prinsip lo bagus vey, semakin tua memang harus semakin selektif karena kita juga udah semakin banyak tau. Sayangnya banyak jg yang punya prinsip harus obral itu, padahal mah lebih baik sendiri daripada sama orang yang salah kan ya

      temen lo itu gimana? seneng2 aja gitu mengemban semua tugas domestik dan kerja juga? ya syukur kalo dia seneng tapi kalo dalam hati gondok kan tersiksa juga ya.

      1. Boro-boro deh, Rik. Temen gue yang ada tekanan batin stadium tinggi. Gue ampe bosen denger curhatannya. Secara gue belon merit juga, paling cuma bisa bilang “sabar”. hahah… Kalo masih pacaran mah udah gue suruh putus aja, cari cowok laen.

        Di Indonesia mah banyak suami megang prinsip istri musti manut ama suami. Kalo ga manut, dibilang istri durhaka.

        Mungkin karena ini juga gue ga pernah cocok ama cowok lokal.
        Jadinya gue pacaran ama cowok impor mulu. Hahaha…

        Oia, Rik, sedikit oot, gue punya beberapa temen Finnish yang udah gue anggap sbg keluarga.
        Kesan gue mengenai Finnish tu: cold outside, warm inside 🙂
        Meski awalnya keliatan dingin and jaga jarak tapi kalo udah deket mah mereka tu baeeek banget, lucu and caring. Trus ga pelit. heheh

  42. Mba Rikaaa duh setuju deh! Aku nih sama pemalasnya soal domestic work apalagi bebersih2 wkwkwk. Pas dapet suami super duper OCD dan mau apa2 rapih tapi giliran aku kerjain selalu ga puas dan nyalahin (gemes ga tuh, berantem berantem dah hahaha) akhirnya malah sekarang urusan domestic work suamiku yang kerjain dan aku bantu2 kerjaan dia di kantor atau urusin masak memasak sajah dibanding bebersih rumah. Kalau suami2 menuntut istri harus 3 R yang kayak si pak penghulu bilang udah bisa nangkal sekarang, karena ternyata emang yang diwajibkan cuma urusan kasuR, urusan yang bebersih dan masak2 itu tuh kebudayaan kita aja. Padahal di Arab aja yang belanja buat keperluan sehari2 para suami..

    skarang hamil aku mulai ngeri2 sedap sama cerita2 orang2 yang baru melahirkan.. mudah2an bisa jadi ibu yang baik meski ga ideal yang super multitasking gitu yaaa fufuu. ayo mbaaak hamil lagii siapa tau kali ini dikasih rejeki lumi sofianyaaa 😀

    1. ada enaknya juga dong punya suami agak OCD, urusan domestik doi yg kerjain, hehehehhe.
      Aku setuju, urusan bersih dan masak2 sebenernya kebiasaan ama tuntutan masyarakat aja tapi saking jamaknya sampe2 dianggap kewajiban malah ada yg bilang kodrat. Wasaidrat deh.

      Semoga kehamilannya lancar ya. Yg penting tuh nanti abis lahiran jangan ragu2 untuk berbagai tugas sama suami dan minta tolong sama orang lain, gak usah takut dianggep kurang keibuan dan gak bisa nanganin anak sendiri. Ibu juga manusia keleus

  43. Halo Mba Rika, salam kenal! suka sekali sama blognya! pertamanya lihat di mamarantau, terus pas mampir langsung jadi ketagihan bacanya.. dan kali ini baru memberanikan diri posting komentar di sini.. hehe.

    tentang tugas wanita sebagai istri, ada tulisan favoritku di blog lain, penulisnya sama2 bernama Rika, ini link ke postingannya https://rikariza.wordpress.com/2014/01/14/istri-atau-asisten-rumah-tangga/ semoga suka juga 🙂 intinya sama seperti petuahnya penghulu mba Rika, tapi di tulisan ini dibahas lebih jelas..

    aku setuju pada kesetaraan, terutama dalam hal kesempatan yah.. siapapun berhak mendapat kesempatan yang sama, tapi harus menyadari keterbatasan masing-masing sebelum terjun mengambil suatu peran atau pekerjaan, supaya setiap peran yg diambil bisa dijalani maksimal.

    nah, kadang yg bikin kehidupan dunia (yg fana ini *halah*) jadi kurang nyaman, bukanlah krn gak adanya kesetaraan atau minimnya kesempatan dan peluang untuk tiap gender,
    tapi krn ada terlalu banyak orang yg suka menghakimi orang lain.. hoho.

  44. Halo Mba Rika, salam kenal! suka sekali sama blognya! pertamanya lihat di mamarantau, terus pas mampir ke sini, langsung jadi ketagihan bacanya.. dan kali ini baru memberanikan diri posting komentar di sini.. hehe.

    tentang tugas wanita sebagai istri, ada tulisan favoritku di blog lain, penulisnya sama2 bernama Rika, ini link ke postingannya https://rikariza.wordpress.com/2014/01/14/istri-atau-asisten-rumah-tangga/ semoga suka juga 🙂 intinya sama seperti petuahnya penghulu mba Rika, tapi di tulisan ini dibahas lebih jelas..

    aku setuju pada kesetaraan, terutama dalam hal kesempatan yah.. siapapun berhak mendapat kesempatan yang sama, tapi harus menyadari keterbatasan masing-masing sebelum terjun mengambil suatu peran atau pekerjaan, supaya setiap peran yg diambil bisa dijalani maksimal.

    nah, kadang yg bikin kehidupan dunia (yg fana ini *halah*) jadi kurang nyaman, bukanlah krn gak adanya kesetaraan atau minimnya kesempatan dan peluang untuk tiap gender,
    tapi krn ada org2 yg suka menghakimi org lain..

    misal :
    – ada kesempatan berkarya bagi perempuan di dunia laki-laki, krn memang perempuan tsb mampu, dia ambil kesempatan itu, tapi ternyata di dalam perusahaan tsb, ada org yg menghakimi kalo si perempuan itu ngga akan bisa, jadi dipersulitlah pekerjaannya, dibatasilah kesempatannya..
    – ada perempuan yg memilih peran di rumah, krn merasa lebih mampu berperan di rumah, lalu dihakimi sama perempuan lain yg bekerja.. dan sebaliknya
    – ada laki-laki yg memilih berkarya di dunia perempuan, krn merasa mampu dan suka berkarya di bidang itu, lalu dihakimi sama laki-laki lain yg bekerja di dunia yg lebih “laki-laki”..

    daftar contohnya bisa panjang banget yah.. tapi kalo dari 3 contoh di atas, yg paling harus diperjuangkan kesempatannya yg contoh kasus pertama, krn kesempatannya dia dibatasi.. kalo untuk contoh kedua dan ketiga, tinggal tutup kuping aja sih dari komentar org2 yg menghakimi, hehe..

    1. aku setuju nih. sikap suka menghakimi ini sungguh menghambat kebangkitan feminisme/equalisme banget. Apalagi kalo udah sesama perempuan dan saling menghakimi. Aduuhh…tolong deh, bukannya saling mendukung kok malah saling menjatuhkan sih.
      Susah banget jadi perempuan kalo sama kaumnya sendiri aja bermasalah

  45. Alhamdulillah di lingkaran pertemanan gw, para pria udah mampu jadi ayah yang sebenarnya, mau terjun langsung ngurus anak, dan kadang suka pergi sama anak aja. Kalo gw pribadi, suamik sih so far cukup helpfull ya. Tapi dasarnya gw aja yang susah percaya kalo anak diurus suamik. Hahahaha… Nah, mungkin memberikan kepercayaan ke suami juga penting nih supaya equalisme bisa berjalan.

    1. Keren banget nih kalimat terakhirnya: mungkin memberikan kepercayaan ke suami juga penting nih supaya equalisme bisa berjalan.
      Catet!

  46. sukaaaa banget ama postingan ini. sukaaaaaa…!!! bagus deh
    Oiya, bikin ngakak ama kalimat,”Ketergantungannya sama nenen äiti sungguh berlebihan”, hihi..

    1. makasih…makasih ya sully.
      Memang Kai dulu kalo nenen tiap 40 menit sekali. Sampai umurnya 11 bulan. Aku jadi gak bisa ngapa2in, makanya depresi

  47. nilda · · Reply

    Mbak rika sya slma ini silent reader,tpi diposting x ini g tahan mu komen….
    Kebetulan bgt sya baru2 ini searching2 kewajiban istri, krn ceritanya lagi ngambek n mogok beberes,masak n sgla perintilan urusan rumahan yg mana secara adat kita adalah urusan irt….
    Ternyata dlm islam secara extrim nya aja y… Tugas istri itu adalah BUKA MULUT KETIKA DISUAPIN MAKAN SMA SUAMINYA.
    Dijelasin dstu ketika sorg lelaki meminang seorg wanita dy menyerahkan mahar utk mensahkan pernikahannya,dimana itu adalah mensahkan melakukan hubungan intim suami istri, dan suami berkewajiban memberikan nafkah kepada sang istri, dimana nafkah ini berupa nafkah sandang, pangan n papan, berarti memberikan makan dimana makan ini berupa makanan yg siap santap kan, bukan bahan makanan berarti perempuan kan tdk berkewajiban memasak, n laki wajib ngasih rumah lagi2 rumah dsni dimaksud rmh yg tentu saja nyaman ditinggali sang istri, yg mana berarti sang istri senang tinggal dlm rmh tsb toooo,bukan berarti sang istri musti ato berkewajiban ngebersihin rmh itu, trus suami berkewajiban memberikan pakaian yg layak kpd sang istri, daaan lagi2 ini bukan berarti istri musti n kudu ngasih baju yg tersetrika rapi jali kpd suami, sekali lagi itu dikatakan kewajiban suami ato suami wakilkan kpd org utk disediakan kpd sang istri…. Itu versi extrimnya yaaa….bahkan dijelaskan jg menyusui anak jg bukan merupakan kewajiban istri, akan tetapi kewajiban seorg ayah memberikan makanan yg baik kpd anaknya, krn bisa disusui oleh ibu susuan.
    Memang ada anjuran ayat Al Quran utk penyusuan hingga 2thn tpi tdk diharuskan kan, n jg g ada larangan utk disusukan oleh ibu susuan, jdi lagi2 istri tdk dibebankan….

    Emg sih g secara gamblang dijelasin gitu, itu mah kesimpulan yg disimpulkan dgn bahasa bebas sebebasnya sma sya sh… Maklum artikelnya panjang n kemampuan otak yg lagi emosian saiyah menangkap kala itu…..
    N diartikel it jg dijelasin knp tugas irt n bapak jdi beda, krn dlu sayidan Fatimah r.a n sayidina Ali r.a berkompromi bahwa pekerjaan dlm rmh menjadi tanggung jwb Fatimah sedangkan Ali mengerjakan kerjaan dluar rmh.
    Padalah ada sahabat Nabi s.a.w (lupa namanya) yg jadi gubernur diceritakan beliau ditegur warga krn sering telat dateng ke kantornya,yg mana alasan sahabat tsb telat krn mencuci baju istrinya terlebih dhlu bru ngantor….tuh kaaaaannnnn……

    Jadi panjang nih pdhal pertama komen….. Maaf y mbak…
    Btw klo mu lebih jelas bisa tuh searching2 kewajiban istri dlm islam, sya lupa link nya apa,tpi keyword yg sya pake sh itu….bes lgi ngambek sh….eeee tpi males jg sh alasan yg terbesarmya….hahahahahaha……..
    Maaaaafffff ya mbak rika sya panjang bener nih

    1. halo nildaaaa….seneng banget nih dapet tambahan info dari kamu
      perlu digarisbawahi banget tuh ya kalimat: buka mulut untuk disupain suaminya *AAAAAAAAAAA* *mangap*
      sayangnya banyak yg mengartikan nafkah itu sekedar uang aja ya, padahal maknanya lebih luas dari itu

      yang menyusui 2 tahun itu aku juga pernah baca. lebih berupa anjuran, bukan kewajiban mutlak. Termasuk juga persoalan ibu susuan. Well, sebenernya aku suka serem dan eneg sendiri sih kalo udah perang ASI vs non ASI yang kemudian bawa-bawa agama 😦

  48. Hai rika, salam kenal. Postingan yang ini bener2 mewakili suara hati gw, yg jg agak feminis tapi gak jago debat ha3. Btw suka banget sama blog elo. Lucuuu selalu postingannya. Keep writing ya. Salam bwt anak2 🙂

    1. kita sama pepi, niat ada tapi mau mengutarakannya susah ya. bukan gak sekedar gak jago debat tapi juga takut kalo diajak berdebat. makanya enakan ditulis daripada ngomong langsung ke orang, biar bisa keluar semua unek2nya

  49. aku suka dan bersemangat sekali baca tulisanmu rika. setiap ibu adalah ibu yang baik buat anaknya, baik itu ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga. suamiku saat ini bekerja di rumah tanpa kantor, aku sangat menghargai dia bantu2 dalam urusan rumah tangga, misalnya urusan cucian, bersih bersih rumah, jemput anak sekolah, sedangkan aku kebagian urusan masak memasak dan bersih2 dapur. btw emma watson keren yaaa..

    1. bener….gak usah saingan mana yang lebih baik ya. orang sesama perempuan kok, harusnya kan saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.
      tepuk tangan banget buat suami kamu. semoga jadi contoh buat bapak2 lainnya

  50. gasana · · Reply

    Mba Rika super sekali…gak rugi ngikutin blognya mba Rika, suka suka suka 🙂

    1. ini komennya yang super. super bikin hepi

  51. kalo aku sejak punya anak dan nggak ada pembantu udah bikin kesepakatan, aku yang belanja+masak+setrika, suami yang sapu+pel+beres2 rumah dan bangun ngebikinin susu+nganter pipis anak kalo kebangun malem. Sementara jemur cucian dan cuci piring kita gantian, kalo hari ini aku ya berarti besoknya suami 🙂 Kecuali cuci motor/mobil memang aku gak pernah ikut-ikut hehe

    1. Harus ditiru nih, Hen! Sebelum nikah emang harusnya diomongin dan disepakati bersama masalah2 beginian. Urusan rumah gini kesannya kecil tapi bisa jadi masalah besar di kemudian hari.

  52. Mba Rika, astaganaga ini postingan keren sekali. Ini nih semua pikiranku ketuang dengan apik di tulisan Mba Rika :). Emang bener sih, tiap kali berdebat hal2 kayak gini sm para tetua keluarga, aku selalu kena pelototan. Ijin share blog nya di fb ku, biar temen2 pada ngeh sama equalism 😀

    1. ih, makasih dibilang keren. Ini cuma sekedar suara hatiku saza kok. Aku pun kadang masih suka berdebat sama ibuku soal beginian. Oh iya, boleh kok kalo mau dishare

  53. pranathalia bondan prasnorini · · Reply

    Hai rika! Salam kenal ya! Akoh setojoh bgt ma tulisan ini. Awal nikah emg bercita2 jd irt plus istri bekerja,biar jd istri berprestasi. Suamiku dari awal nikah ud bilang ga usah repot2 maksa ngurus rumah sendiri dan trlalu melayani. Intinya dia mau trlibat mulai dari blanja ke pasar,masak,nyuci,strika,nyapu ngepel,tugas2 domestik lain trmasuk nyuci popok,ganti popok,nyuapin anak,dll. Kami org jawa dan tuntutan lingk bhw istri harus melayani luar biasa besar. Tapi suamikuh yg baik itu slalu bilang,ini kan kita yg nikah,ga usah dgr org lain..suami ga pernah minta aku bgn lbh pagi,ato rumah rapi sblm dia plg. Dia cuma pgn aku enjoy jadi happy fulltime housewife. Dia plg kerja pun msh bantu2 aku beresin rumah. Baca tulisan ini tuh so me bgtz!

    1. halo kamu si istri prestasi 😀 😀 :D. Gue ngakaaak boooow baca istilah istri berprestasi!
      Gue yang dari Sumatra juga mirip2, istri dituntut melayani suami juga. Tipikal di Indonesia sih ya.
      Bersykurlah kita dapet suami yang gak kolot-kolot amat yah. Semoga semakin banyak pria-pria seperti mereka.

  54. mb4hk4l4n · · Reply

    makasih tulisannya mbak rika,jd terharu saya,berasa temennya banyak dengan cara pandang dan pola pikir yang sama..sakit banget rasanya..saya tiap pagi sore bantu suami piara ternak,saya seneng dan iklas lilahitaala,siangnya sering kepasar bantuin mertua jualan,bungkus2,disuruh2 tapi ga mo bantuin saya,capek luar biasa,,habis isya dah wasalam ga kuat melek,kalo ga ke pasar saya bebersih rumah alakadarnya,nyapu,cupir,jemur baju,masak lanjut tidur siang sampai kerja sore dimulai,kalo lagi kepasar kerjaan itu yang ngerjain suami,tapi ya itu,dikomentari ipar,.sampek ada pertanyaan paling ga penting yang disodorin ke saya “dek kamu udah bisa ngepasin tepung ma tempenya(buat mendoan)?”trus disindir2 dia hbis bersihin rumah saya katanya,banyak rumah laba2nyalah pas saya selesai kerja sore di kandang ternak,,behh..dalam hati saya bilang merem kali ni orang,oya pas saya mulai kerja dia masih tidur,kalem super sebel,,dia ceramahin saya dari dapur wilayah kekuasaannya,sampek suami dia kalo ga diambilin nasi sama dia ga bakal makn katanya..pendapat saya sih ribet banget sih nih orang hidupnya ya dia dirumah trus g2,urusan dia..dari situ saya di intimidasi setiap saat..suami saya yang biasa bantuin saya,pas lagi jemur baju,saya diomelin dia kasian katanya,suami saya yg biasa aja merasa dibela,dan dienakin jadi malah berbalik mengerutu sama saya..sedih banget saya,bawaanya pengen nangis terus..maap mbak jd curht sendri..hhee

    1. Halo, Siti! Masalah banget emang nih ya persaingan antar perempuan, apalagi kalo masih dalam keluarga sendiri dan tinggalnya juga berdekatan. Rungsing deh. Gak jelas juga jadinya antara besaing dan ikut campur urusan orang lain.
      Lagipula standar orang kerja kan beda-beda ya, ngapain sih kaya dibikin jadi perlombaan gitu siapa yagn lebih baik. Kzl bgt gak seeeeh?
      Duh, semoga kamu tabah dan bisa segera keluar dari masalah ini ya

Leave a reply to udputri Cancel reply