(jurnal nostalgia) cerita jalan-jalan – susahnya bahasa planet lain

Ini cerita yang membuahkan email dari Mikko. Ternyata dia suka baca tulisan-tulisan gue! Kata Mikko tulisan yang ini bikin dia ketawa makanya dia ngerasa kudu kirim email ke gue dan ngegombal betapa dia suka banget baca cerita-cerita gue. Ceileee…abang bisa aja sih bikin eneng gede rasa.

——————————————————————————————————————————————————–

Munchener U-Bahn via railfocus.de

Yak, karena lagi trend-nya nulis kisah perjalanan, kisah pariwisata, kisah perantauan, kisah petualangan di negri asing dan sodara-sodaranya, sebagai pengikut trend sejati, gak afdol rasanya kalo gue gak ikutan juga.

Marilah kita mulai kisah gue ini dengan cerita seru di minggu pertama kedatangan gue di Jerman. Gak tepat sebenernya kalo ini disebut kisah jalan-jalan, wong waktu itu gue ke Jerman mau sekolah kok, tapi yah…blognya blog gue gini, suka-suka gue dong. Pisss Men!

Perlu diketahui kalo kepergian gue ke Jerman empat tahun lalu itu sifatnya sangat tiba-tiba sekali. Ketika awal semester baru akan segera dimulai tiba-tiba gue dapet kabar kalo gue diterima di universitas sana, tiba-tiba juga gue dapet dananya, tiba-tiba juga gue harus berhenti kerja dan ngepak-ngepak barang pindahan ke München. Jadi harap dimengerti karena semuanya serba tiba-tiba, manalah sempat wanita malang ini ikutan les yang jelas berguna dan perlu untuk menghadapi kehidupan keras di negara tujuannya itu, lazim disebut dengan: les bahasa Jerman!

Tibalah gue mendarat di München dengan kemampuan bahasa Jerman yang terbatas:

Ich heisse Rika

Nein

Ja

Danke

Bener-bener cuma itu tok yang gue tau. Sisanya gue berusaha pake bahasa Inggris yang sering dibalas dengan tatapan dingin oleh para pelayan toko.

Ketika perkuliahan dimulai bukan main seneng hati gue menemukan dua mahluk asal Indonesia lainnya di kelas. Sebagai orang Indonesia asli yang percaya akan pepatah “mangan ora mangan asal ngumpul” bisa dipastikan kami bertiga (gue, Ade dan Clara) langsung kompak ibarat trio kwek-kwek. Kemana-mana bertiga, ngapa-ngapain bertiga. Legaaaa banget bisa ngomong bebas lepas ama mereka pake bahasa Indonesia. Maklumlah, bahasa Inggris pas-pasan, bahasa Jerman dongonya poll.

Sayangnya tiga wanita manis nan eksotis ini gak ada satupun yang gape berbahasa Jerman. Jadi pertemanan kami ini kayanya gak memberikan manfaat apa-apa demi pergaulan dengan penduduk asli negara tersebut. Clara yang waktu itu baru lulus kursus Jerman tingkat Grundstuffe I (Basic 1) di mata gue dan Ade udah serasa jago banget Jermannya. Kalo ketemu kata apapun, pasti nanya ke Clara. Padahal kadang si Claranya juga masih suka lieur sendiri.

Waktu pilih makanan di kantin, pernah si Ade nanya:

“Eh, La…La…itu apa tuh? Fruuu….Fuuu…Frühlingstrolle…Murah La, ga sampe 2 euro. Tapi apaan tuh ya?

“Sebentar, kita liat kamus dulu”

“Frühling = musim semi. Strolle = gulungan. Gulungan Musim Semiiiii” Sahut Clara bak pembukaan serial Doraemon.

Minggu depannya, gue dan Ade yang saat itu hidupnya masih nomaden, sibuk cari-cari kamar kosong buat tempat tinggal permanen. Kebetulan gue bikin appoinment untuk liat kamar di daerah Bogenhausen. Sesuai prinsip trio kwek-kwek yang ngapa-ngapain harus bareng, pastilah gue geret Clara dan Ade buat nemenin gue.

Selesai liat kamarnya, berjalanlah kami dengan riang gembira ke stasiun U-Bahn terdekat tanpa tahu kalau nasib kami akan diuji malam itu. Begitu U-Bahn dateng langsung trio kwek-kwek ambil posisi duduk sambil mengobrol dengan seru.. Gue sendiri lupa waktu itu kami ngobrolin apa, yang jelas seru banget sepertinya mengingat sepanjang jalan gak berhenti hahahihi sampe perut sakit.

Gak tau berapa lama kita berhahahihi kaya gitu, tiba-tiba Clara menyadari

“Lhooo…kok keretanya lama amat brenti di sini ya?”

“Banyak yang turun kali, stasiun rame kali nih”

Blablablablabla hahaha hiihihihihih, kami lanjut lagi bergosip

“Eh, Ka…De…kok orang-orang pada turun sih? Tinggal kita doang nih yang di kereta” Clara kembali khawatir.

“Yah, rumahnya pada di sini kali, La. Kita kan masih nanti turunnya”

Blablablalbalbla hehehehehe, hihihihihihi, obrolan seru pun dilanjutkan

“Eh, gue cemas niiiiiiihhhhhhh….kita tinggal sendirian nih di kereta” kembali Clara bersuara.

Dan saat itulah clue paling penting dari misteri ini muncul dalam bentuk pengumuman dari sang masinis, tapi tentunya DALAM BAHASA JERMAN DOOONGGG. Mana kami ngertiiii.

Speaker: “wesyeee wesyeeee wesye syeeeyseeeseeeeee”

Gue dan Ade: “Apa katanya, La? Apa katanya?”

Clara: “Duh. Gue gak nangkep nih”

“Ah, paling gak penting ah. Udah La, gak usah kebanyakan mikir, dua stasiun lagi kita nyampe kok”

“Gue gak tenang nih, gue liat ke luar dulu deh” Clara bergerak menuju pintu kereta dan tepat saat itu lah kereta berjalan lagi, tapi untungnya Clara sempet melirik papan pengumuman di platform kereta:

NICHT EINSTEIGEN

“Nicht einsteigen….Nicht einsteigen…NICHT EINSTEIGEEENNNN” Clara berteriak panik

Gue dan Ade cuma terbengong-bengong “Nicht einsteigen apa sih?”

“Aduuuh, itu artinya gak boleh naik makanya semua orang turun. Gimana nih? Kita doang nih yang ketinggalan”

“Ah, tapi ini keretanya jalan kok. Kita turun aja di stasiun berikutnya”

Apa daya yah, ternyata stasiun berikutnya cuma dilewati aja sama sang kereta tanpa berhenti sedikitpun. Keoptimisan gue dan Ade pun mulai luntur. Serempak trio kwek-kwek menempel di jendela sambil berteriak:

“HELLLLLLLPPPPPPPPP….HEEEEEEEELLLLLLLLPPPP” Begitu teriak Ade. Doi memang suka keminggris ria.

“HILFEEEEEEEEEEE……HILFEEEEEEEEEEEEEEEEEE” Jelas dong ini Clara, si jebolan Grundstuffe I. Udah gape teriak pake Deutsch.

“TOLOOOOOOOOONGGG…TOOOLOOOOONGGGGGGG”  Teriakan gue kok waktu itu ternyata dalam bahasa Indonesia. Saat itu cuma mikir harus teriak, gak peduli pake bahasa apapun.

Tapi pastinya teriakan kita ini gak menghasilkan apa-apa kecuali pandangan heran bule-bule di setiap stasiun yang kita lewati. Ada apa gerangan tiga cewe Asia menempelkan mukanya di jendela kereta sambil mulutnya berkoar-koar seperti ikan mas koki?

Setelah beberapa stasiun dilewati, akhirnya kereta berhenti juga. Tapi bukan di stasiun! Justru di TEROWONGAN!. “Oooohhh, ini kereta terakhir kali ya. Ini tempatnya bobo kali ya”. Begitulah pikiran gue waktu itu. Gabungan antara takjub dan pasrah.

Kalo Clara? Jelas paniknya udah ke ubun-ubun. Muka pucet, bibir membiru, suara bergetar, air mata mulai ngumpul di pelupuk. Suaranya udah kaya mau nangis gitu:

“Aduuuhh…aduuuhh….gimana nih? Gimana? Gak bisa nelpon…gak bisa nelpoooonn.”

“Lha iya lah. Ini kan dalem terowongan” sahut Ade. Bener-bener logis temen gue yang satu ini.

Gue pun ikut usaha menenangkan Clara: “Ya udah, kita tidur di sini malem ini. Untung gue bawa air”

Ade dengan semangat menambahkan: “Untung gue bawa permen Twix” Menyenangkan sekali ya kemping kami malam itu dengan kehadiran permen Twix!

Gue udah siap-siap mengatur tas gue sebagai bantal ketika terdengar suara mesin kereta dimatikan dan lampu-lampu yang ada di dalam gerbong pun ikut mati. Suasana jadi gelap sekali waktu itu. Buset, kalo gelap begini mah horor juga.

Clara bisa dipastikan makin panik, doi sibuk jalan dari unjung gerbong ke ujung lainnya, dan tiba-tiba doi teriak:

“Eh, liat! Ada ini nih.”

“Apaan tuh? Notbremse? Apaan tuh la?”

“Gue juga gak tau, tapi katanya sih ini untuk Notfall. Notfall itu artinya Emergency”

“Ooohhhhhhh….terus?”

“Ya, udah kita tarik aja”

“Eh, emangnya boleh?”

“IYALAH, INI KAN EMERGENCY!!!!” Ade mulai sewot liat temen-temennya yang penakut.

“Ya udah, ayo kita tarik”

“Ayo…”

Trio kwek-kwek saling berpandang-pandangan, niatnya sih pengen keluar dari bencana, tapi gak ada yang berani menarik kaitan merah mencurigakan itu.

Ade, sebagai orang paling pede, optimis, dan asertif yang pernah gue tahu, akhirnya maju ke depan. Tanpa banyak babibu, dengan mantapnya ditariklah si merah bernama Notbremse itu.

Sedetik kemudian yang gue dengar adalah suara sirene yang bikin kuping sakit dan lampu kereta yang jadi sibuk mati-idup-mati-idup tanpa menimbulkan kesan riang seperti yang biasa kita temui di diskotik. Yang muncul saat itu malah tanda-tanda kepanikan yang semakin nyata. Kayanya salah besar nih narik Notbremse. Notbremse itu appppaaaaa ssssiiihhhh????

Gak lama kemudian terdengar suara laki-laki entah darimana

“Wessssyyeeeeeee weessss weesssssss????”

Ternyata ada speaker kecil dibawah Notbremse, ada tulisannya juga di situ: Notruf (lagi, Notruf itu apa ya???)

Mental penakut gue muncul waktu itu, rasanya pengen teriak dan bikin pengakuan “Bukan sayaaaa….bukaaan sayaa, Pak”

Untungnya terselamatkan oleh Ade yang langsung bertitah menunjuk Clara:

“Laaa…tuuuh, elu yang ngomong, kan elo yang bisa Jerman”

Clara pun bersuara: “Hallooooo? Hilfeee….Hilfeeeeee….Hilfe bitteeee. We are locked. We are locked”

Speaker: “Wesssyyeeee….wessseeeee…wessssyeee”

Gue dan Ade: “Apa katanya, La? Apa katanya, La?”

Clara: “Wessyeee…wessseee”

Gue dan Ade: “Lu bilang apa. La? Lu bilang apa, La?”

Speaker: “Wessseeee…weeeeessssssss..wessssssssss..wesssyyyyyeee”

Gue dan Ade: “Apa katanya, La? Apa katanya, La?”

Clara: “Ok, Danke schöen”

Gue dan Ade: “Gimana? Gimana? Apa katanya, La?”

Clara: “Ya, udah, orangnya mau dateng ke sini bukain pintu buat kita”

Fiuuuuuuuuuh…legaaaaaaaaaaa. Akhirnya kami terselamatkan juga.

Ade: “Eh,..si Clara kok kalo panik ngomongya jadi medok Jawa ya?”
Gue: “Iya…iya…Bitte-nya medok abisss, ya.”

Astagadragon. Sungguh manusia gak tau diuntung ya gue dan Ade. Malah asik gosipin Clara sang juru penyelamat!

Gak lama kemudian si masinis, yang ternyata adalah seorang kakek yang ramah dan baik hati, dateng ke gerbong kita. Menurut penjelasan Clara kemudian, si masinis itu ngomong kalo kita tenang aja, kereta akan balik jalan lagi ke tempat kita naik tadi dan kita bertiga bisa turun di stasiun berikutnya. LEGA!  Selamatlah kami semua dari keharusan nginep di gerbong sambul ditemani sebotol air mineral, dan tentunya, permen Twix.

Begitu akhirnya berhasil keluar dari kereta, dengan tidak tau malunya trio kwek kwek berteriak-teriak histeris ke arah lokomotif

“DANKEEEEEEEEEE. DANKEEEEEEEEE. VIELEEEEEEEEN DAAAAAANK”

Padahal belon tentu juga masinisnya denger. Yah, namanya juga usaha.

Setelah kejadian itu kita bertiga baru menyadari kalo ibaratnya metro mini di Jakarta, U-Bahn di München juga kadang suka jalan setengah jalur doang. Belum sampe ujung doi udah muter lagi. Tapi tentunya pake pemberitahuan dulu sebelumnya. Kalo kita jeli, pemberitahuannya keliatan dimana-mana. Di platform ditulis, di keretanya di tulis, di speaker di umumin (yeaaa…rite…mana gue ngerti), dasar kitanya aja yang terlalu sibuk berhahahihi sampe gak perhatian sama suasana.

Mungkin itu dia moral of the story kali ini: keasikan ngobrol jangan sampe menyebabkan informasi penting kelewatan.

Atau bisa juga kita tampilkan moral lain dari kisah ini: pelajarilah bahasa setempat dengan baik.

Walopun kalo gak bisa…..tetep seru kok!

Catetan:

Notbremse itu ternyata artinya rem darurat, fungsinya…yah, kalian semua udah tau lah pasti.

Notruf itu ternyata artinya: panggilan darurat, fungsinya untuk ngomong sama si masinis.

Jadi sebenernya trio kwek-kwek gak perlu repot-repot narik Notbremse sampe bikin suasana gerbong jadi terang-gelap-terang-gelap dan bunyi sirene menggema di seantero terowongan. Cukup pencet tombol Notruf dan kita akan terhubung sama si masinis. Tapi yaaaah,….namanya juga gak ngerti, ya.

Si masinis waktu itu baik sekali. Walopun kita bisa dibilang bersalah menarik Notbremse tanpa alasan jelas tapi doi gak marah. Padahal seharusnya bisa kena denda sekian ratus euro.

23 comments

  1. ngakak bacanya mbaaaaaaak hahahaha
    aku ampe googling yang namanya permen Twix itu kayak gimana 😛

  2. Hahahaha. lucu ceritanya 😀

  3. Comment dulu ntar baru lanjut baca.

    Aku berhasil terkakak di bagian:
    “Frühling = musim semi. Strolle = gulungan. Gulungan Musim Semiiiii” Sahut Clara bak pembukaan serial Doraemon.

    Pantas lah mikko melayangkan email ke penulisnya…

    Mau lanjut baca dulu… #janganganggu…

    1. Update: dah siap bacanya… Bentar-bentar siapin dulu sakit perutnya… Hahahaha…

  4. Ha….ha….Asli lucu banget ceritanya Ka. Di Belanda kadang kereta yang panjang disatu stasiun bisa dipisah dua dengan tujuan yang berbeda. Gerbong nr sekian ke A dan selebihnya ke B. Aku waktu baru tinggal disini, belum lancara bahasanya ngga ngerti pengumuman si masinis dan nyasar ha…ha…Jadi bisa bayangin paniknya kalian bertiga gimana waktu itu.

  5. Rikaaaa… seneng banget elu pindahin cerita2 lamaaa.. Yang ini lucu buangettt hahahaha. Jadi inget masa2 kuliah ya. Btw.. skrg bahasa Jerman lu gimana? Udah keasah belom?

  6. dhira rahman · · Reply

    Rikaaa i haaate your story!! Aku sampe keselek aer minum dari iduung!! Paraah kocak abis wesssyeeee wesaayeeee

  7. kocakkk…
    itu soal cerita di U-bahn sama persis yg aku alamin ama 2 temenku dan satu org vietnam yg sama2 baru datang ke korea..
    panik abis pas tau kereta yg kita naekin muter di terowongan lama, petugasnya jg ga bs bhs inggris,,,nasib oh nasib
    mana kita baru datang 2 hari jadi bhs korea nol, baca hurufnya ga bisa ekekeke
    kenapa ya subway metro banyak yg nerapin model setengah jalur ajak..bikin pening 😀

  8. ampun dah, ngakak gk berhenti2 baca ceritanya,,bener2 dikemas dgn menarik,harusnya kan ceritanya menegangkan ya,klo aku malah kebanyaka ketawa sih baca ceritanya,, sukaaaa,,,,

  9. Ahahahahaha.. Ini lagiiiii…. 😆 😆
    Keknya ntar “bahasa jerman” yang paling gue inget adalah: “wesssyee wessyeee” 😆 😆

  10. wooo aku pernah baca post ini.. dulu waktu masih di multiply apa ya hahahahaha

  11. seperti biasanya, mba Rika sukses membuat pembaca ngakak (pantesan aja suaminya sampe kirimin email) 😀

  12. ya ampuun.. gw ngakak sampe nangis. Pantes Miko kesengsem berat hahahha.

  13. Hi, salam kenal. Ceritanya lucu banget sampe ngakak2 sendirian di kantor dipelototin sama sibos. :))))

    1. salam kenal juga!

  14. astaga ini bisa dijadiin cerpen menarik trus kirim ke majala2 😀

    1. mungkin lebih cocok masuk rubrik nah, ini dia di pos kota. Yang isinya tragedi2 kurang penting kaya ceritaku ini

  15. Hai mb rika salam kenal…aku bacanya sampai mau ngompol iniii…kocak abis ceritanya 😂

    1. wuahuahuwhauhaaaa….ke kamar mandi dulu sana

  16. Makasih ya Mbak udah buat ketawa dari awal baca sampe akhir. lucu seruuu. Mbak Rika berbakat nulis.

    1. haih…haiihhh…bakat nulis! bakat tidur sama makannya lebih kenceng sih

  17. ceritanya seru2 bgt mba rika…

  18. Ceritanya kocak abis mb. Rika.
    Tapi kok malah jadi buat penyemangat akuu buat ke luar negeri. Huahahaha *gak nyambung*

    Tapi mb. Rika. Blognya mb. Rika ditulis dalam bahasa indo apa english kok suaminya bisa jadi pembaca nomor satu ya?? Hehehe *maapkan salah fokus*

Leave a reply to desywu Cancel reply